Ekonomi Eropa dan China Melemah, Perbankan Indonesia Tetap Resilien
Mengantisipasi risiko ke depan, modal perbankan masih tebal dengan CAR 27,46 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan volatilitas pasar keuangan masih berlanjut. Perekonomian Eropa dan China juga cenderung melemah tapi sektor perbankan Indonesia tetap resilien dengan fungsi intermediasi yang terjaga dan permodalan yang kuat.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, kredit pada Juli 2023 tumbuh sebesar 8,54 persen secara tahunan menjadi Rp 6.686 triliun. "Pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,15 persen secara tahunan. Per jenis kepemilikan, pertumbuhan kredit Bank BUMN tumbuh tertinggi yaitu sebesar 9,81 persen secara tahunan," kata Dian dalam RDK Bulanan OJK Agustus 2023, Selasa (5/9/2023).
Secara tahunan, Dian mengatakan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2023 menjadi 6,62 persen atau menjadi sebesar Rp 8.064 triliun. Dia menuturkan, hal itu dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada giro sebesar 10,92 persen secara tahunan.
Dia menegaskan, OJK mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas. "Likuiditas industri perbankan pada Juli 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang terjaga," ucap Dian.
Dia menuturkan, rasio alat likuid atau Non-Core Deposit (AL/NCD) dan alat likuid atau DPK (AL/DPK) turun masing-masing menjadi 118,37 persen dan 26,57 persen. Dian menilai, angka tersebut tetap jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Sementara itu, Dian memastikan kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,80 persen pada Juli 2923. Lalu NPL gross sebesar 2,51 persen pada Juli 2023.
Di sisi lai, Dian mengatakan pemulihan yang terus berlanjut di sektor riil mendorong penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 21,91 triliun menjadi Rp 339,13 triliun. "Ini dengan jumlah nasabah turun 90 ribu menjadi 1,48 juta nasabah," ujar Dian.
Dian mengungkapkan, menurunnya jumlah kredit restrukturisasi juga mendorong penurunan pinjaman berisiko (loan at risk) menjadi 12,59 persen. Sementara jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted hingga 31 Maret 2024 adalah 45,5 persen dari total porsi kredit restrukturisasi Covid-19 atau sebesar Rp 154,3 triliun.
Dia menambahkan, risiko pasar juga relatif rendah ditinjau dari Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat stabil rendah sebesar 1,75 persen. "Ini jauh di bawah threshold 20 persen," ujar Dian.
Selanjutnya, Dian memastikan, risiko yang terkait dengan suku bunga tetap terkendali dengan melandainya inflasi domestik. Dengan begitu, dia menegaskan, tingkat suku bunga relatif stabil.
"Untuk mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul ke depan, kondisi industri perbankan tercatat resilien dengan capital adequacy ratio (CAR) industri perbankan sebesar 27,46 persen," ungkap Dian.