Fase Dakwah Nabi Muhammad secara Sembunyi
Nabi Muhammad pernah mengalami fase dakwah secara sembunyi.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhannya, maka kota Mekkah dijadikan Rasulullah ﷺ sebagai titik tolak dakwahnya. Pada awalnya, metode dakwah yang dilakukan Rasulullah ﷺ bersifat sirriyyah (sembunyi-sembunyi), berlangsung selama tiga tahun pertama dakwahnya.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Hal tersebut mengingat kedudukan Rasulullah ﷺ yang masih lemah, ditambah kandungan dakwah beliau yang sangat bertolak belakang dengan keyakinan prinsip masyarakatnya yang penuh dengan nilai-nilai kesyirikan.
Lapisan masyarakat yang paling pertama beliau serukan ajaran Islam tentu saja adalah keluarga dan kenalan dekatnya, itupun beliau pilih hanya kepada mereka yang ada tanda-tanda kebaikan pada dirinya.
Usaha beliau tidak sia sia. Pada hari hari pertama dakwahnya terkumpul sejumlah orang yang menerima dakwahnya dengan penuh keyakinan dan penghormatan terhadap Rasulullah ﷺ. Merekalah yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai as-Saabiquunal Awwaluun (Generasi Pertama yang Menerima Islam).
Orang terdepan dari kelompok ini adalah isterinya sendiri, Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid, kemudian budaknya: Zaid bin Haritsah, lalu sepupunya: Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu yang saat itu masih belia dan dirawat oleh Rasulullah ﷺ, kemudian sahabat dekatnya, Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahuanhu.
Abu Bakar as Shiddiq radhiyallahuanhu, setelah masuk Islam, langsung turut serta berdakwah. Lewat usaha beliau ditambah perangainya yang terpuji serta kedudukannya yang terhormat di tengah masyarakat, dakwahnya cepat memberikan hasil.
Tak berapa lama, tercatatlah sejumlah orang yang masuk Islam lewat beliau, di antaranya : Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahuanhum. Mereka juga digolongkan sebagai generasi pertama dari kalangan para sahabat dan yang banyak berperan dalam dakwah Rasulullah ﷺ berikutnya.
Kemudian, satu demi satu masyarakat Quraisy masuk Islam, seperti Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Abu Salamah bin Abd al Asad, Arqam bin Abi Arqam, Utsman bin Madz'un, Fatimah binti Khattab (saudara perempuan Umar bin Khattab), Khabbab bin 'Art, Abdullah bin Mas'ud dan lainnya. Mereka semua masuk Islam secara sembunyi sembunyi, karena Rasulullah ﷺ menyampaikan dakwahnya secara individu dan rahasia.
Sementara itu, wahyu terus diturunkan, umumnya pendek-pendek, namun memiliki tekanan kuat untuk membersihkan hati dari berbagai kotoran duniawi, sangat sesuai dengan kondisi saat itu yang menuntut kelembutan hati dan jiwa. Selain itu, wahyu yang turun banyak menggambarkan tentang surga dan neraka, hingga seakan akan terpampang di hadapan mata, hal mana dapat menimbulkan kerinduan seseorang terhadap surga dan ketakutannya terhadap neraka.
Sedikit demi sedikit lahirlah ikatan hati yang kuat di antara mereka, kemudian lahirlah rasa ukhuwwah dan tolong menolong sehingga semakin mengokohkan keimanan mereka.
Ritual yang sejak awal mereka lakukan adalah ibadah shalat. Namun waktu itu shalat lima waktu belum ditetapkan. Yang mereka lakukan adalah shalat dua raka'at setiap pagi dan petang, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِٱلْعَشِىِّ وَٱلْإِبْكَٰرِ
“Dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi” (QS. al-Mu'min ayat 55)
Hal itupun tetap mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui masyarakat.
Meskipun dakwah tetap dilakukan secara sembunyi-sembunyi, namun lambat laun akhirnya berita tersebut sampai juga ke telinga orang-orang Kafir Quraisy.
Pada awalnya mereka tidak terlalu menghiraukannya. Mereka menganggap apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ tak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh beberapa orang sebelumnya yang sekedar ingin menghidupkan nilai keberagamaan.
Akan tetapi lama-kelamaan kekhawatiran tersebut muncul juga setelah pengaruh Rasulullah ﷺ kian lama kian kuat dan meluas, mulailah mereka memperhatikan dan mengawasi dakwah Raslulullah ﷺ.