Bursa Karbon Berpotensi Serap Investasi Rp 147 Triliun
Angka potensi bursa karbon setara dengan total APBN 2023 sebesar Rp 3.061 triliun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa karbon disebut berpotensi menyerap investasi hingga 9,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 147,11 triliun (kurs Rp 15.486). Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pasar karbon sukarela atau Voluntary Carbon Market (VCM) cukup mendapat perhatian dari organisasi dunia.
"Perdagangan karbon luar negeri pada pasar sukarela memiliki potensi besar," kata Luhut di acara peluncuran Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon, Selasa (26/9/2023).
Salah satunya, menurut Luhut, Amazon Web Service berkomitmen mengucurkan investasi 5 miliar dolar AS untuk pembelian karbon di VCM. Selain itu, yayasan nirlaba asal New York, Energy Transition Accelerator, mengalokasikan dana 4,5 miliar dolar AS untuk mendukung pembelian unit karbon di negara berkembang.
Untuk itu, Luhut menegaskan, Indonesia harus menjadi regional hub perdagangan karbon agar bisa menyediakan unit karbon sesuai standar internasional. Ke depan, Indonesia akan bekerja sama dengan sejumlah negara maju demi bisa memgakomodasi perdagangan VCM yang berlaku secara internasional.
"Pada 2024, pemerintah menargetkan penyelenggaraan dapat berlangsung secara optimal termasuk bursa karbon," kata Luhut.
Secara umum, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, Indonesia memiliki potensi bursa karbon yang sangat besar, yakni lebih dari Rp 3.000 triliun. Angka potensi bursa karbon tersebut setara dengan total APBN 2023 yang dipatok sebesar Rp 3.061 triliun.
"Di catatan saya ada kurang lebih 1 giga ton CO2 potensi kredit karbon yang bisa ditangkap dan jika dikalkulasi potensi bursa karbon kita bisa mencapai potensinya Rp 3.000 triliun bahkan bisa lebih. Rp 3.000 triliun, Rp 3.000 triliun rupiah, bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang sangat besar," kata dia.
Indonesia, kata Jokowi, memiliki potensi yang sangat besar terkait solusi berbasis alam (nature base solution). Selain itu, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam.
Jokowi mengatakan, pasar bursa karbon Indonesia ini akan menjadi sebuah kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, pasar bursa karbon ini juga sejalan dengan arah dunia yang tengah bertransisi menuju ekonomi hijau.