Pasukan Wagner Kembali Bertempur di Ukraina Timur

Kehadiran Grup Wagner tidak memberikan dampak signifikan di medan perang.

EPA-EFE/ANTON MATROSOV
Ratusan anggota kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner telah kembali ke Ukraina timur untuk berperang.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ratusan anggota kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner telah kembali ke Ukraina timur untuk berperang. Tetapi kehadiran Grup Wagner tidak memberikan dampak signifikan di medan perang.

Pejuang Wagner memainkan peran penting dalam perebutan Kota Bakhmut di bagian timur Rusia pada Mei dalam salah satu pertempuran terpanjang dan paling sengit. Mereka meninggalkan Bakhmut setelah pertempuran.

Pada Juni Grup Wagner yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin melakukan pemberontakan singkat dengan mengambil kendali markas militer Rusia dan bergerak menuju Moskow. Namun sebelum mencapai Moskow, mereka mundur dan menetap di Belarus.Prigozhin tewas pada tanggal 23 Agustus dalam  sebuah kecelakaan jet pribadi yang ia tumpangi.

Kremlin berupaya untuk menempatkan Grup Wagner di bawah kendali negara yang lebih ketat.  Blogger militer Rusia melaporkan, beberapa pejuang Wagner telah kembali ke Ukraina.

“Kami telah mencatat kehadiran maksimal beberapa ratus pejuang bekas PMC (perusahaan militer swasta) Wagner,” kata juru bicara komando militer timur, Serhiy Cherevatyi.

Cherevatyi menambahkan, pesawat tempur Wagner tersebar di berbagai tempat, dan tidak menimbulkan dampak berarti. “Mereka bukan merupakan kekuatan yang integral, sistematis, dan terorganisir. Seperti yang mereka katakan, permainan berakhir. Ini adalah sisa-sisa yang menyedihkan, tidak ada hal baik yang menanti mereka di sini," ujar Cherevatyi.

Penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak mengatakan Wagner sudah tidak ada lagi. Dia mengatakan, ada yang pergi ke Afrika, ada yang tersebar melalui Rusia, dan ada pula yang memiliki kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia dan bertempur di sektor Bakhmut.

“Saat ini, yang ada hanyalah mantan militan kelompok teroris yang tersebar ke segala penjuru,” ujar Podolyak di platform sosial media, X yang dulu bernama Twitter.

Baca Juga


sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler