Survei Poltracking: Cawapres Erick Thohir Tertinggi, Elektabilitas Terus Naik
Erick Thohir masih menjadi cawapres dengan elektabilitas terkuat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri BUMN Erick Thohir masih menjadi cawapres terkuat di Pilpes. Survei Poltracking Indonesia pada September 2023 menyebut Erick Thohir masih berada posisi teratas dengan dukungan sebesar 19 persen responden. Angka ini juga naik hampir satu persen dibanding survei sebelumnya.
"Erick Thohir memperoleh angka elektabilitas tertinggi 19 persen. Diikuti Sandiaga Salahuddin Uno (15,7 persen) dan Ridwan Kamil (12,4 persen)," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda saat konfrensi pers secara daring pada Sabtu (7/10/2023).
Dijelaskannya, elektabilitas Erick Thohir dan Sandiaga mengalami kenaikan dibandingkan survei Juli 2023. Saat itu Erick Thohir mendapatkan (18,1 persen), dan Sandiaga (15,3 persen).
Untuk cawapres lainnya seperti Agus Harimurti Yudhoyono mendapatkan (10,2 persen), Muhaimin Iskandar sebesar (8,1 persen) dan Mahfud MD (8 persen). Adapun Khofifah Indar Parawansa (4 persen), Andika Perkasa (3 persen), Airlangga Hartarto (2,7 persen) dan Puan Maharani (1,7 persen).
"Erick Thohir, Sandiaga Salahuddin Uno, Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD cenderung naik sejak masuknya tahun politik pada awal tahun 2023," kata Hanta.
Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono, Andika Perkasa dan Airlangga Hartarto relatif stabil. Sementara Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa dan Puan Maharani cenderung mengalami penurunan.
Diketahui, pengambilan data pada September dilakukan pada tanggal 3 sampai 9 September 2023. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.220 responden dengan margin of error +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Klaster survei menjangkau 38 provinsi seluruh Indonesia secara proporsional berdasarkan data jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih. Metode sampling representasi seluruh populasi pemilih secara lebih akurat.
Pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan teknologi aplikasi terhadap responden yang telah terpilih secara acak. Setiap pewawancara mewawancarai 10 responden untuk setiap satu desa/kelurahan terpilih.