Ketua MUI: Israel tak Hormati Bantuan Kemanusiaan Indonesia

Israel menanggung beban lebih berat jika respons negara pendukung kontraproduktif.

AP/Yousef Masoud
Orang-orang berdiri di luar sebuah masjid yang hancur akibat serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Anad (8/10/2023).
Rep: Umar Mukhtar Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan, serangan yang dilancarkan oleh Hamas terhadap Israel di Gaza di hari raya Yahudi merupakan reaksi terhadap tindakan sewenang-wenang otoritas Israel.

Baca Juga


Tindakan yang dilakukan Israel dilakukan selama waktu panjang dan secara sistemik itu menghancurkan kedaulatan rakyat dan bangsa Palestina. Peristiwa membelah Al Aqsa dan diiringi dengan berbagai aksi provokatif kelompok Yahudi ekstrem melakukan ibadah di arena Al Aqsa juga menjadi salah satu pemicu serangan Hamas terhadap Israel. 

"Ditambah dengan berbagai fakta pengkhianatan terhadap berbagai perjanjian yang dilakukan oleh otoritas Israel, menggambarkan bahwa Israel memang harus membayar mahal. Serangan terbesar Hamas ini menjadi alat bayar Israel dan Israel tentu saja harus menanggung sendiri," kata dia kepada Republika dalam keterangan tertulis, Ahad (8/10/2023).

Sudarnoto mengatakan, balasan Israel yang membabi buta penuh dengan kemarahan, telah mengakibatkan kerusakan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. "Saya sangat menyesalkan apa yang dilakukan oleh Israel dan Israel harus bertanggung jawab. Israel benar-benar sudah hilang rasa respek kepada bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh Indonesia melalui Mer-C," tuturnya.

Menurut Sudarnoto, Israel kemungkinan akan menanggung beban yang lebih berat jika respons negara-negara pendukung seperti Amerika dan NATO kontraproduktif. Balasan atas serangan yang diberikan oleh Israel, lanjut Sudarnoto, bisa jadi justru akan menjadi momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk memperkuat heroisme mereka membebaskan rakyat dan Palestina yang telah dijajah dalam waktu yang panjang. Banyak momentum rakyat dan bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan.

"Peristiwa ini juga seharusnya menjadi momentum bagi seluruh faksi Palestina seperti Fatah, Hamas dan lain-lainnya untuk bersatu padu mengkonsolidasi diri memperkuat upaya kemerdekaan bangsa Palestina. Saya berharap betul, setiap momentum untuk kedaulatan dan kemerdekaan Palestina bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap faksi Palestina. Dengan cara ini, Israel akan semakin kehabisan waktu dan kekuatannya," jelasnya.

Sudarnoto juga mengungkapkan, Amerika dan NATO yang saat ini sedang menanggung bebannya masing-masing sebagai akibat dari perubahan politik global dan juga perang Rusia-Ukraina sebaiknya tidak ikut memutarbalikkan fakta dengan menyatakan Hamas sebagai teroris. Cara-cara ini justru akan merugikan Amerika dan NATO karena selama ini tidak pernah menyatakan keberaniannya untuk menegaskan bahwa Israel adalah penjajah dan teroris.

"Justru yang harus dilakukan secara tegas adalah ikut bersama-sama dengan masyarakat internasional lainnya yang mendukung perjuangan bagi terwujudnya kemerdekaan Palestina dan menghentikan imperialisme dan terorisme Israel," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler