Mengapa Hari Kesehatan Mental Dunia Jatuh Setiap 10 Oktober?
Hari ini 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia. Peringatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran tentang kesehatan mental dan menghilangkan stigma yang dapat menyertai tantangan kesehatan mental.
Dilansir Forbes, Selasa (10/10/2023), Hari Kesehatan Mental Dunia dimulai pada 1992, di mana kala itu ada upaya Federasi Kesehatan Mental Dunia (WFMH). Keanggotaannya yang tersebar di 150 negara bertujuan untuk memberikan perhatian terhadap kesehatan mental dan dampaknya di seluruh dunia.
Kebutuhan akan kesadaran dan advokasi kesehatan mental sangat besar. Menurut jajak pendapat Monster, 63 persen orang mengatakan kesehatan mental mereka buruk.
Selain itu, berdasarkan survei terhadap 5.000 orang yang dilakukan oleh Muse, 44-38 persen orang mengatakan mereka terlalu banyak bekerja atau burnout. Orang-orang melaporkan bahwa mereka kurang gembira dan merasa kurang dihargai.
Sementara itu, 47 persen mengatakan stres adalah penyebab terbesar dari pengalaman negatif mereka. Stres ini nyata dan signifikan bagi banyak kelompok karena 62 persen wanita dan 51 persen pria berusia 18-34 tahun sangat dilanda stres menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Stress in America.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan CignaCI, 91 persen Gen Z melaporkan bahwa mereka merasa stres dan 98 persen merasa burnout. Pada tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema "Kesehatan mental adalah hak asasi manusia universal" untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kesadaran, dan mendorong tindakan yang melindungi kesehatan mental setiap orang sebagai hak asasi manusia universal.
Dikutip dari situs WHO, kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang mendasar bagi semua orang. Setiap orang, siapapun dan di mana pun berada, berhak atas standar kesehatan jiwa tertinggi yang dapat dicapai. Hal ini mencakup hak untuk dilindungi dari risiko kesehatan mental, hak atas layanan yang tersedia, dapat diakses, dapat diterima, dan berkualitas baik, hak atas kebebasan, kemandirian dan inklusi dalam masyarakat.
Kesehatan mental yang baik sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Namun, satu dari delapan orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi kesehatan mental yang dapat berdampak pada kesehatan fisik, kesejahteraan, cara mereka berhubungan dengan orang lain, dan penghidupan mereka. Kondisi kesehatan mental juga mempengaruhi semakin banyak remaja dan generasi muda.
Memiliki kondisi kesehatan mental tidak boleh menjadi alasan untuk menghilangkan hak asasi seseorang atau mengecualikan mereka dari pengambilan keputusan mengenai kesehatan mereka sendiri. Namun di seluruh dunia, orang-orang dengan kondisi kesehatan mental terus mengalami berbagai pelanggaran hak asasi manusia.
Banyak dari mereka yang dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat dan mengalami diskriminasi. Sementara itu, masih banyak lagi yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan mental yang mereka perlukan. WHO terus bekerja sama dengan mitranya untuk memastikan kesehatan mental dihargai, dipromosikan, dan dilindungi, dan tindakan segera diambil agar setiap orang dapat menggunakan hak asasi mereka dan mengakses layanan kesehatan mental berkualitas yang mereka butuhkan.