Keracunan Diduga Seusai Makan Sate Jebred, 97 Persen Korban Alami Gejala Diare

Dinkes Kabupaten Garut menyebut warga yang mengalami gejala keracunan 41 orang.

Dok. Diskominfo Kabupaten Garut.
Bupati Garut Rudy Gunawan menjenguk warga yang mengalami gejala keracunan di Puskesmas Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (10/10/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Jumlah warga yang mengalami gejala keracunan makanan di wilayah perbatasan Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, bertambah menjadi 41 orang. Informasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, sebagian besarnya mengalami gejala diare dan demam.

Baca Juga


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Garut Asep Surachman mengatakan, berdasarkan Rapid Health Assessment (RHA) hingga Rabu (11/10/2023), terdapat 41 orang yang mengalami gejala keracunan diduga setelah mengonsumsi makanan sate jebred.

Sebanyak 32 orang berasal dari Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, dan sembilan orang dari Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya. Dua di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

“Kondisi terakhir pada tanggal 10 Oktober 2023 jam 12.00 WIB, untuk pasien yang berasal dari Kabupaten Garut didapatkan enam orang rawat inap, satu orang meninggal dunia, dan 25 orang rawat jalan observasi,” kata Asep, melalui siaran pers, Rabu.

Asep mengatakan, paling banyak warga yang mengalami gejala keracunan itu berusia sekitar 26 tahun-35 tahun atau 31,71 persen. Sementara populasi rentan terdapat pada kelompok warga lanjut usia (lansia) sebanyak dua orang atau sekitar 7,41 persen dan balita sebanyak tiga orang atau sekitar 7,32 persen.

Menurut Asep, dari total pasien, sekitar 97,6 persen mengalami gejala diare dan 82,9 persennya juga mengalami gejala demam.

Gejala tersebut diduga muncul setelah warga mengonsumsi sate jebred atau satai kulit pada Ahad (8/10/2023). Asep mengatakan, pasien pertama dilaporkan pada Ahad, pukul 12.00 WIB. Sedangkan kasus terakhir dilaporkan pada Senin (9/10/2023), pukul 12.00 WIB.

“Hal ini menunjukkan bahwa KLB (kejadian luar biasa) terjadi dalam waktu satu hari dengan masa inkubasi terpendek satu jam dan terpanjang 19 jam. Adapun kemungkinan penyebab terjadinya keracunan, jika dihitung dalam attribute rate (AR) yang dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Garut, didapatkan AR tertinggi pada sate jebred,” kata Asep.

Meski demikian, untuk memastikan penyebabnya, Asep mengatakan, diperlukan pemeriksaan laboratorium. Sampel makanan sate jebred yang dikonsumsi warga sudah diambil dan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Barat. “Dugaan sementara (keracunan) diakibatkan oleh jenis makanan tersebut. Namun, untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium,” ujar dia.

Asep mengatakan, Dinkes tetap menyiagakan fasilitas kesehatan di Kecamatan Cilawu untuk mengantisipasi adanya warga dengan gejala serupa. “Bilamana ditemukan warga dengan gejala dugaan keracunan pascakonsumsi jenis pangan tertentu, untuk segera akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dan koordinasi dengan pemerintahan setempat,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler