Vladimir Putin: Israel Telah Merebut Tanah Milik Palestina

Putin menyebut isu Palestina ada di hati umat Islam.

EPA-EFE/MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/KREMLIN POOL M
Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa Israel telah merenggut tanah milik Palestina.
Rep: Kamran Dikarma, Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, isu Palestina ada di hati umat Islam. Mengingat persoalan Israel-Palestina telah berlangsung beberapa dekade dan saat ini tengah berlangsung pergolakan, Putin menyebut Rusia dapat memberikan kontribusi dalam upaya penyelesaian konflik.

Baca Juga


“Isu Palestina ada di hati setiap orang di kawasan ini. Ya, saya yakin bahwa di hati setiap orang yang memeluk Islam. Segala sesuatu yang terjadi, tidak hanya sekarang, tapi selama beberapa dekade, dianggap sebagai manifestasi ketidakadilan yang mencapai tingkat yang tidak terbayangkan,” kata Putin saat berbicara di forum Russian Energy Week di Moskow, Rabu (11/10/2023), dikutip Anadolu Agency.

Dia menjelaskan, gagasan awal untuk Israel dan Palestina adalah mendirikan dua negara berdaulat yang merdeka. Namun, keputusan tersebut hanya dilaksanakan sebagian. Putin pun mengakui bahwa Israel telah merenggut tanah milik Palestina.

“Selain itu, sebagian dari tanah yang selama ini dianggap oleh warga Palestina sebagai milik asli Palestina, diambil alih oleh Israel, pada waktu yang berbeda dan dengan cara yang berbeda. Namun sebagian besar, tentu saja, dengan bantuan kekuatan militer,” ucap Putin.

Putin pun menyampaikan bahwa dapat memberikan kontribusi dalam upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina. "Kami memiliki hubungan ekonomi yang sangat stabil dengan Israel. Kami telah menjalin hubungan persahabatan dengan Palestina selama beberapa dekade. Teman-teman kami mengetahui hal ini. Menurut pendapat saya, Rusia juga dapat berkontribusi dalam proses penyelesaian masalah ini," ujarnya, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok Hamas yang mengontrol Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Eskalasi dimulai ketika ratusan anggota Hamas berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza.

Infiltrasi dilakukan sesaat setelah Hamas meluncurkan ribuan roket ke wilayah Israel. Ratusan anggota Hamas yang berhasil memasuki wilayah Israel kemudian melakukan serangan ke beberapa kota di dekat perbatasan Gaza.

Anggota Hamas dilaporkan melakukan penyerbuan ke 22 lokasi di Israel, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 24 kilometer dari perbatasan Gaza. Ketika mundur, mereka menahan sejumlah warga untuk dijadikan sandera. Jumlah warga Israel yang disandera dilaporkan antara 100 hingga 150 orang.

Hamas menyebut serangan roket dan infiltrasi ke Israel sebagai Operation Al Aqsa Flood. Mereka mengatakan, operasi itu diluncurkan sebagai respons atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan pemukim.

Hingga berita ini ditulis, sedikitnya 1.200 warga Israel telah tewas akibat operasi Hamas, termasuk di dalamnya 189 tentara. Sedangkan korban luka lebih dari 2.700 orang.

Merespons operasi serangan Hamas, Israel meluncurkan Operation Swords of Iron dan membombardir Jalur Gaza. Target utamanya adalah markas atau situs lainnya yang berkaitan dengan Hamas. Namun bangunan-bangunan penduduk turut terimbas serangan udara Israel.

Hingga berita ini ditulis, jumlah korban meninggal di Jalur Gaza telah mencapai sedikitnya 1.120 jiwa. Sementara korban luka setidaknya sebanyak 5.300 orang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler