Cak Imin Bantah Isu Koalisinya Sedang Goyah
Cak Imin justru mengatakan akan ada tambahan kekuatan pendukung pasangan Amin.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bakal calon wakil presiden (bacawapres) Abdul Muhaimin Iskandar membantah kabar yang menyebut bahwa koalisi yang mengusung dirinya dan Anies Baswedan sebagai pasangan capres-cawapres di Pemilu 2024 tengah goyah. Sebaliknya, ia mengatakan akan ada tambahan kekuatan yang mendukung pasangan Anies-Muhaimin (Amin).
"Oh enggak (goyah). Mungkin kita perlu tambahan partai lain yang mungkin bisa ikut bergabung," kata Muhaimin di UC Hotel UGM, Rabu (11/10/2023).
Namun dirinya belum mau membocorkan partai apa yang akan bergabung. Ia juga mengatakan sejumlah partai non parlemen juga telah menghubungi untuk bergabung.
"Ya banyak partai non parlemen yang sudah menghubungi tapi kita tunggu saja," ucapnya.
Sejumlah partai non parlemen diketahui telah menentukan sikap politik mereka pada Pilpres 2024 mendatang, Sebut saja Perindo dan Hanura yang secara tegas telah memberi dukungan kepada bacapres Ganjar Pranowo.
Sedangkan Prima, Garuda, Gelora, dan PBB juga telah memberi dukungan kepada bacapres Prabowo Subianto. Sementara pasangan Anies-Muhaimin telah didukung oleh Partai Ummat. Tinggal PSI, dan PKN yang belum menentukan dukungan politiknya.
Sementara itu Muhaimin menyatakan bahwa Koalisi Perubahan sudah siap untuk melakukan pendaftaran pada 19 Oktober 2023 mendatang. "Kita bareng-bareng partai pengusung akan bersama-sama datang ke KPU prosesinya mungkin kita diawali dengan doa bersama satu hari sebelumnya kemudian doa restu dari masing-masing kantor partai lalu dilanjutkan dnegan keberangkatan untuk bareng-bareng menuju KPU pada 19 Oktober," ungkap Ketua Umum PKB tersebut.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIII sekaligus Ketua Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepsi) Philips J. Vermonte menyebut, perpindahan Muhaimin Iskandar ke Koalisi Perubahan untuk mendampingi Anies Baswedan menjadi penyebab koalisi pendukung Ganjar dan Prabowo menghitung ulang pilihan cawapres untuk bertarung di Pilpres 2024.
"Pindahnya Muhaimin itu dalam konteks ini cukup menjadi game changer membuat yang lain jadi berhitung, Prabowo dan Ganjar berhitung siapa cawapresnya, karena ini yang paling penting," ujar Philips saat menanggapi Rilis Hasil Survei Nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI), Rabu (4/10/2023).
Menurut dia, baik koalisi Prabowo maupun PDIP menghitung kembali cawapres yang tepat untuk bersaing di Pilpres 2024 setelah Anies menggandeng Muhaimin sebagai cawapres. Hal ini mengingat Muhaimin memiliki basis massa yang dikaitkan dengan suara Jawa Timur dan Nahdlatul Ulama (NU), yang juga adalah basis suara signifikan dalam pilpres.
"Representasi yang lebih mendasar bahwa pemilih kita ada di Jawa, latar belakang NU. Terutama Jateng dan Jatim. Pindahnya Cak Imin ke Anies mengubah kalkulasi dari dua kandidat capres lain dalam memilih cawapres," ujarnya.
Philips pun menyebut cawapres yang dinilai tepat untuk kedua bacapres yang belum menentukan kandidat pasangannya adalah yang dapat memenuhi kebutuhan elektoral baik demografis, geografis maupun kebutuhan logistik. "Pak Erick Thihir ada disebut-sebut, dan kan fungsi cawapres antara lain mungkin dia bisa memenuhi kebutuhan elektoral demografis dan gerografis atau kebutuhan lain logistik," ujarnya.
Sebelumnya, LSI merilis hasil survei yang mendapati bakal calon presiden Prabowo Subianto menyalip Ganjar Pranowo per September 2023. Pada simulasi tiga nama Prabowo unggul tipis sebesar 34 persen dibandingkan Ganjar 30,4 persen atau selisih 3,6 persen. Sedangkan Anies Baswedan memperoleh 22 persen.
Sementara berdasarkan survei terbaru Poltracking Indonesia, Anies Baswedan mengalami kenaikan elektabilitas sebagai bakal capres 2024 sejak koalisinya mengumumkan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mendampinginya sebagai cawapres.
"Agak lumayan kenaikannya adalah Anies Baswedan. Pada Juli ia mendapatkan 15,3 persen dan pada September menjadi 19,9 persen. Ya naik di angka sekitar 4 persen," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda saat konfrensi pers secara daring pada Sabtu (7/10/2023).
Hanta menjelaskan, kenaikan terjadi seusai deklarasi cawapres Anies Baswedan. "Jika kita tahu satu atau dua hari sebelum pengambilan data ada deklarasi cawapres Anies Baswedan," kata dia.
Sebelumnya, menurut Hanta, elektabilitas Anies Baswedan naik-turun. Berawal dari 2021 saat Anies belum pasti apakah akan dideklarasikan menjadi capres atau tidak, besaran elektabilitasnya di angka 20 persen.
"Kemudian mengalami kenaikan saat deklarasi dari Nasdem pada Oktober. Kartunya hidup di angka 30 persen," kata dia.
Pada Sabtu (7/10/2023), Poltracking Indonesia merilis hasil survei terkait elektabilitas bakal capres 2024. Berdasarkan hasil tersebut, Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto unggul dengan dengan angka elektabilitas 38,9 persen.
"Hasil survei terbaru Poltracking pada September ini terhadap tiga kandidat capres 2024 yaitu Prabowo Subianto mendapatkan sebesar 38,9 persen, Ganjar Pranowo 37 persen dan Anies Baswedan 19,9 persen," kata Hanta.