Salman Rushdie akan Rilis Memoar tentang Serangan yang Menyebabkannya Buta

Salman Rushdie diserang orang tak dikenal di New York pada 2022.

AP/Rogelio V. Solis
Salman Rushdie
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Novelis Amerika-Inggris, Salman Rushdie menerbitkan sebuah memoar yang mengungkap serangan tragis yang mengakibatkan dirinya buta di mata kanan dan tangan kirinya terluka. Memoar berjudul Knife: Meditations After an Attempted Murder dijadwalkan akan rilis pada 16 April 2024.

Baca Juga


"Ini adalah buku yang harus saya tulis, sebuah cara untuk memahami apa yang terjadi dan merespons kekerasan dengan seni," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Penguin Random House, dilansir Associated Press, Kamis (12/10/2023).

Pada Agustus tahun lalu, Rushdie mengalami serangan berulang kali pada leher dan perutnya oleh seorang pria ketika sedang bersiap untuk memberikan seminar di New York. Pelaku serangan, Hadi Matar, mengaku tidak bersalah atas tuduhan penyerangan dan percobaan pembunuhan.

Sejak fatwa yang dikeluarkan oleh Grand Ayatollah Ruhollah Khomeini dari Iran pada 1989 yang mengancam nyawanya karena dugaan penistaan agama dalam novelnya The Satanic Verses, Rushdie hidup dalam isolasi dan di bawah pengawasan keamanan 24 jam. Namun, selama beberapa tahun terakhir, dia telah hidup dengan lebih sedikit pembatasan, hingga terjadilah serangan tersebut di Lembaga Chautauqua.

Memoar Knife berisi 256 halaman akan diterbitkan di Amerika Serikat oleh Random House, bagian dari Penguin Random House, yang baru-baru ini juga menerbitkan novel Rushdie yang berjudul Victory City yang telah selesai sebelum serangan terjadi. Karya-karya terkenal Rushdie lainnya mencakup Midnight's Children, Shame, dan The Moor's Last Sigh, yang memenangkan Booker Prize.

Salman Rushdie juga dikenal sebagai pendukung kebebasan berekspresi dan mantan presiden PEN Amerika. CEO Penguin Random House, Nihar Malaviya, menggambarkan Knife sebagai buku yang sangat kuat dan penting, yang mengingatkan kita akan kekuatan kata-kata dalam memahami peristiwa yang tak terbayangkan. Malaviya menyatakan merasa terhormat dengan penerbitan buku ini dan mengagumi tekad Salman Rushdie dalam menceritakan kisahnya, dan kembali kepada karyanya yang dicintainya.

Rushdie berbicara tentang cobaan berat....

 

Rushdie, yang saat ini berusia 76 tahun, berbicara dengan The New Yorker tentang cobaan berat yang dia alami. Dia menyatakan bahwa dia berusaha menghindari "tuduhan dan kepahitan" serta berkomitmen untuk melihat ke depan daripada ke belakang.

Dia juga mencatat bahwa menulis fiksi menjadi semakin sulit baginya, seperti yang dia alami selama tahun-tahun pascafatwa, sehingga dia memutuskan untuk menulis memoar. Pada  2012, Rushdie sudah menulis memoarnya tentang fatwa tersebut dengan judul Joseph Anton.

 

"Bagi saya, ini bukan lagi cerita orang ketiga. Saya pikir ketika seseorang menusukkan pisau ke dalam tubuh Anda, itu adalah kisah dari sudut pandang orang pertama. Itu adalah cerita 'aku'," kata Rushdie. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler