Presiden Israel Geram Ketika Ditanya Soal Kejahatan Perang Israel Terhadap Warga Gaza
Herzog mengklaim, roket yang ditembakkan Hamas diluncurkan dari dapur rumah di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Israel, Isaac Herzog, melontarkan pernyataan dengan nada tinggi saat ditanya tentang kematian warga sipil di Gaza akibat serangan Israel. Herzog mengadakan konferensi pers di Yerusalem pada Kamis (12/10/2023) untuk menjawab pertanyaan dari pers internasional.
Saat konferensi pers, Herzog sesekali melontarkan nada tinggi dan gelisah ketika wartawan bertanya tentang tindakan Israel di Gaza yang tidak sesuai dengan hukum internasional. Herzog selalu menegaskan bahwa Israel telah mematuhi hukum internasional.
"Mengenai operasi Anda di Gaza, Anda mengatakan bahwa ini bukan pembalasan, namun bahkan Presiden AS, Joe Biden, menyebutkan pentingnya kepatuhan terhadap hukum perang dan situasi kemanusiaan, jadi apa yang Israel lakukan untuk mengurangi dampak konflik ini terhadap dua juta warga sipil (di Gaza)?," ujar seorang wartawan bertanya kepada Herzog.
Menjawab pertanyaan wartawan tersebut, Herzog berpendapat, retorika bahwa warga sipil di Gaza tidak menyadari serangan Hamas atau tidak terlibat di dalamnya adalah tidak benar. Herzog menuding kematian warga sipil di Gaza karena mereka melawan pejuang Hamas yang menguasai wilayah tersebut.
"Mereka bisa saja memberontak melawan rezim jahat yang mengambil alih Gaza melalui kudeta. mencoba, mereka bisa saja melawannya," ujar Herzog, dikutip Middle East Monitor, Kamis (12/10/2023).
Seorang reporter CNN kembali menegaskan kepada Herzog bahwa, penargetan massal terhadap masyarakat sipil melanggar hukum internasional. Namun Herzog menanggapinya dengan nada tinggi.
“Apakah kamu tidak melihat apa yang terjadi?Saat ini, kami sedang mendiskusikan kejahatan perang yang serius," kata Herzog.
Herzog kemudian mengatakan bahwa, tidak ada seorang pun yang memahaminya. Reporter CNN itu mengatakan, jawaban yang dilontarkan Herzog cenderung berbelit-belit, sehingga membuatnya bingung.
"Saya telah mendengarkan jawaban Anda selama beberapa menit terakhir dan saya sedikit bingung. Di satu sisi, saya yakin Israel mengikuti hukum internasional di Jalur Gaza dan warga sipil dilindungi. Anda mengatakan bahwa Anda sangat berhati-hati untuk mencegah jatuhnya korban jiwa, namun pada saat yang sama, Anda menganggap rakyat Gaza bertanggung jawab karena tidak menentang Hamas," kata reporter itu.
Herzog kembali menanggapi pernyataan wartawan itu dengan nada tinggi. Herzog mengklaim, roket yang ditembakkan oleh Hamas ke Israel diluncurkan dari dapur rumah-rumah di Gaza.
Wartawan tersebut melanjutkan dengan mengatakan, “Pertanyaan saya adalah: Apakah warga sipil di Gaza bertanggung jawab karena tidak menghancurkan Hamas dan, oleh karena itu, menjadi sasaran yang sah?," ujarnya.
Herzog berkelit bahwa Israel berhak membela diri dari serangan Hamas. "Saya tidak mengatakan hal seperti itu. Muncul pertanyaan tentang pemisahan Hamas dan warga sipil. Jika Anda memiliki rudal di dapur dan ingin meluncurkannya ke arah kami, bukankah saya berhak membela diri?," ujar Herzog.
Lebih dari 1.400 warga Palestina dan 1.300 warga Israel telah terbunuh sejak dimulainya konflik Israel-Palestina pada Sabtu (7/10/2023). Pasukan Israel telah melancarkan kampanye militer yang berkelanjutan dan kuat terhadap Jalur Gaza. Serangan ini sebagai respons terhadap serangan militer yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, di wilayah Israel.
Konflik dimulai ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa melawan Israel pada Sabtu (7/10/2023). Hamas melancarkan serangan mendadak multi-cabang termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut dan udara.
Hamas mengatakan, operasi militer ini merupakan tanggapan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh pemukim Israel, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza. Hal ini semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah Gaza yang telah diblokade sejak 2007.