Israel Sebut tak Ada Rencana Gencatan Senjata di Gaza

Warga Gaza mengatakan pengeboman terus terjadi sepanjang hari, bahkan malam hari

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Pasukan Israel melanjutkan pemboman ke Gaza setelah upaya-upaya diplomatik masih gagal
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel melanjutkan pengeboman ke Gaza setelah upaya-upaya diplomatik untuk mengatur gencatan senjata, yang memungkinkan warga negara asing untuk pergi dan bantuan untuk dibawa ke daerah kantong Palestina yang terkepung itu gagal.

Penduduk Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan serangan udara semalam adalah yang terberat saat konflik memasuki hari ke-10 dengan serangan darat Israel ke wilayah pesisir yang padat penduduknya itu.

Warga mengatakan pengeboman terus terjadi sepanjang hari, kata mereka, dan banyak bangunan diratakan, membuat lebih banyak orang terjebak di bawah reruntuhan. Para pejabat Israel mengeluarkan beberapa peringatan akan adanya tembakan roket Hamas ke Israel.

Upaya-upaya diplomatik dilakukan agar bantuan dapat masuk ke pemukiman yang telah mengalami pengeboman Israel tanpa henti sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dalam serangan paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Israel. Namun juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan tidak ada rencana gencatan senjata di Gaza.

"Kami melanjutkan perjuangan kami melawan Hamas, organisasi pembunuh yang melakukan (serangan) ini," kata Hagari, Senin (16/10/2023).

Israel  memberlakukan blokade penuh dan sedang mempersiapkan invasi darat untuk memasuki Gaza dan menghancurkan Hamas, yang terus menembakkan roket ke Israel sejak serangan lintas batasnya. Militer Israel mengatakan sirene peringatan dibunyikan di beberapa kota di Israel selatan.

Pasukan dan tank-tank Israel sudah berkumpul di perbatasan. Pihak berwenang di Gaza mengatakan sejauh ini setidaknya sudah 2.750 orang yang tewas oleh serangan Israel, seperempatnya adalah anak-anak, dan hampir 10.000 orang terluka. Sekitar 1.000 orang lainnya hilang dan diyakini masih tertimbun reruntuhan.

Persediaan makanan, bahan bakar dan air semakin menipis sementara ratusan ton bantuan dari beberapa negara tertahan di Mesir menunggu kesepakatan untuk pengiriman yang aman ke Gaza dan evakuasi beberapa pemegang paspor asing melalui penyeberangan perbatasan Rafah.

Sebelumnya pada sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan sebuah kesepakatan telah dicapai untuk membuka perlintasan tersebut untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.

"Saat ini tidak ada gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan di Gaza sebagai imbalan untuk mengeluarkan orang asing," kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pejabat Hamas, Izzat El Reshiq, mengatakan laporan-laporan mengenai gencata senjata atau dibuka penyeberangan tidak benar.  Mesir mengatakan penyeberangan tersebut tidak dapat dioperasikan karena pemboman Israel yang dilakukan Palestina.

Penyeberangan Rafah masih belum dibuka....

Baca Juga


Kepada stasiun televisi CNN, juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan Amerika Serikat (AS) berharap penyeberangan Rafah dapat dibuka selama beberapa jam untuk memungkinkan beberapa orang meninggalkan Gaza sebelum serangan darat Israel yang diperkirakan akan terjadi.

AS telah mengatakan kepada warganya di Gaza untuk pergi ke tempat penyeberangan. AS memperkirakan jumlah warga Palestina-Amerika yang memiliki dua kewarganegaraan di Gaza mencapai 500 hingga 600 orang.

Banyak warga Palestina dan warga negara asing berbondong-bondong menuju penyeberangan dengan membawa koper dan barang-barang dengan harapan dapat menyeberangi perbatasan Mesir.

"Tidak ada keamanan, bahkan ketika Anda berada di perlintasan pun Anda merasa takut," kata Hadeel Abu Dahoud.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Ke mana pun kami pergi, selalu ada penembakan, penembakan, tangisan, jeritan, dan darah," tambahnya.

Washington juga berusaha untuk mengamankan pembebasan 199 sandera yang menurut Israel dibawa Hamas ke Gaza. Di antara mereka terdapat orang tua, wanita dan anak-anak serta orang asing, termasuk warga AS.

Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden menunda perjalanan ke Colorado untuk berada di Gedung Putih. Ia menggelar rapat keamanan nasional untuk mengatasi konflik tersebut.

Biden mengirimkan bantuan militer ke Israel namun juga menekankan perlunya bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Palestina dan mendesak Israel untuk mengikuti aturan perang dalam menanggapi serangan Hamas.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler