Kemlu RI Desak Koridor Aman Bagi Akses Kemanusiaan ke Gaza Segera Dibuka

Hingga saat ini bantuan yang menumpuk untuk Gaza masih tertahan di Mesir.

EPA-EFE/STR
Orang-orang memasukan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza kedalam truk yang diparkir di Arish, Mesir, Senin (16/10/2023).
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) dengan tegas mengutuk serangan Israel yang menghantam Rumah Sakit  Al-Ahli Baptist. Serangan tersebut dikabarkan membunuh hingga 500 nyawa warga Palestina.

"Serangan tersebut jelas melanggar hukum humaniter internasional," ujar keterangan Kemlu RI yang disebarkan melalui akun media sosial X.

Indonesia juga mendesak komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, untuk segera mengambil langkah nyata menghentikan serangan dan tindakan kekerasan di Gaza. Kekerasan yang terlah berjalan lebih dari sepekan telah memakan banyak korban sipil.

"Ketidakadilan terhadap rakyat Palestina sudah berlangsung sangat lama dan masih terus terjadi. Saatnya dunia mengedepankan perdamaian yang adil bagi Palestina," ujar Kemlu RI.

Menurut Kemlu RI, penerapan parameter internasional yang telah disepakati harus dijalankan. Kondisi yang terjadi saat ini dinilai  membuat kesepakatan yang ada tidak dapat lagi ditunda.

Selain itu, Kemlu RI juga mendesak agar koridor aman bagi akses kemanusiaan segera dibuka. Diketahui, hingga saat ini bantuan yang menumpuk untuk Gaza masih tertahan di Mesir. Namun Israel dilaporkan sejauh ini tidak bekerja sama dalam upaya membuka koridor kemanusiaan.

Menurut para pejabat Mesir, Israel telah mengebom sisi Gaza di perbatasan Rafah beberapa kali dalam seminggu terakhir. Kondisi ini membuat perbatasan itu tidak dapat dioperasikan.

Ditambah lagi, hingga saat ini belum ada kesepakatan untuk mengizinkan pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Jalur Gaza. Organisasi-organisasi bantuan dan para pemimpin dunia pun semakin menyerukan pembentukan koridor kemanusiaan ke Gaza, termasuk Indonesia.

Diskusi telah berlangsung selama beberapa hari untuk mencoba membukanya melalui penyeberangan perbatasan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Gaza.  Bahkan pada 15 Oktober, Amerika Serikat menunjuk utusan khusus untuk segera mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza.

Juru bicara UNICEF mengatakan kepada The New Humanitarian, bahwa lembaga bantuan anak-anak tersebut juga kehabisan pasokan di Gaza. “Kami meminta koridor kemanusiaan, jeda untuk dapat menyalurkan bantuan yang dibutuhkan oleh anak-anak dan keluarga di Gaza. Ini adalah masalah hidup atau mati bagi warga sipil Gaza," ujarnya. 

Baca Juga


 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler