Tidak Ada Tempat Aman di Gaza

Wilayah yang dilabeli sebagai zona aman nyatanya tak benar-benar aman

AFP/MOHAMMED ADNAN
Wilayah yang dilabeli sebagai
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, DEIR al-BALAH --  Wilayah yang dilabeli sebagai "zona aman” di Gaza nyatanya tidak benar-benar aman bagi warga Palestina. Serangan intensif Israel menghancurkan rumah-rumah, menghantam sebuah sekolah PBB yang menampung para pengungsi, dan menewaskan puluhan orang di Gaza selatan dan tengah pada Selasa (17/10/2023).

“Situasinya sangat sulit dengan penembakan artileri dan pengeboman udara terhadap rumah-rumah dan orang-orang yang tidak berdaya,” kata Abu Hashem Abu al-Hussein.

Abu al-Hussein awalnya menerima keluarga pengungsi di rumahnya di Khan Younis. Namun, kemudian dia pun kini melarikan diri ke sekolah PBB, berharap bisa berlindung.

Israel telah mengatakan kepada warga Palestina pada akhir pekan untuk mengevakuasi wilayah utara Gaza dan Gaza CIty sebelum kemungkinan terjadinya invasi darat ke wilayah tersebut. Diperkirakan 600 ribu orang mematuhinya, mengemasi barang-barang semampu mereka dan bergegas ke selatan.

Mereka yang berpindah pun masuk ke tempat penampungan, rumah sakit, dan rumah-rumah PBB yang penuh sesak di wilayah sepanjang sekitar 14 kilometer di selatan zona evakuasi. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada menuduh Hamas mencegah orang menjauh dari bahaya dan dia kembali mendesak warga Palestina untuk menuju selatan menuju zona aman.

Bagi sebagian warga Palestina, tidak ada keamanan yang bisa didapat di sana. Setelah tengah malam Selasa pagi, sebuah ledakan menghancurkan jendela Moataz al-Zre’e. Dia bergegas keluar dan menemukan seluruh rumah tetangganya Ibrahim telah dihancurkan. Rumah sebelah juga rusak.

Sekitar 12 orang dari dua keluarga meninggal, termasuk tiga orang dari satu keluarga yang mengungsi dari Kota Gaza. “Tidak ada peringatan (Israel),” kata al-Zre’e.

Adik perempuan Al-Zre’e terluka parah dan lima sepupu dari pihak ayah juga terluka setelah serangan itu. “Sebagian besar korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak," ujarnya.

Warga yang terkejut melihat kerusakan akibat serangan lain di Khan Younis. Samiha Zoarab melihat sekeliling dengan kaget, melihat kehancuran, ketika anak-anak mencari-cari di tumpukan puing-puing di sekitar rumah yang hancur, yang terletak di tengah kumpulan bangunan yang padat.

Sebanyak empat orang dari keluarga yang sama meninggal dalam serangan itu. “Hanya ada dua yang selamat,” kata Zoarab.

Menurut laporan UNRWA, sebuah serangan menghantam sebuah sekolah PBB di Gaza tengah tempat 4.000 warga Palestina mengungsi, membunuh enam orang. Rentetan serangan meratakan satu blok rumah di kamp pengungsi Bureij Gaza tengah, membunuh banyak orang di dalamnya.

Serangan juga melanda kota Rafah, dengan 27 orang dilaporkan meninggal. Sedangkan di Khan Younis, sebanyak 30 orang dilaporkan terbunuh.

Baca Juga


Evakuasi tak dilakukan karena banyaknya korban serangan....



 

Rumah Sakit Khusus Kuwait di kota selatan Rafah telah menerima dua perintah dari militer Israel untuk mengevakuasi staf yang katanya hanya punya waktu dua jam untuk berangkat setelah perintah pada akhir pekan. Padahal petugas medis bekerja sepanjang waktu untuk menyadarkan pasien. “Kami tidak akan mengungsi,” katanya.

Selain banyaknya pasien yang terluka, rumah sakit ini juga melindungi ratusan orang di dalam aula dan sekitarnya. Penampungan ini pun berlaku di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Jalur Gaza yang terkena serangan udara dan membunuh 500 orang di dalamnya pada Selasa.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas yang menyerang rumah sakit, bukan militer Israel. Juru bicara Militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, roket yang ditembakkan oleh kelompok Jihad Islam Palestina melewati rumah sakit pada saat serangan terjadi, yang katanya mengenai tempat parkir fasilitas tersebut.

Jihad Islam membantah bahwa ada roket yang terlibat dalam ledakan rumah sakit tersebut. Kelompok itu mengatakan, tidak melakukan aktivitas apa pun di atau sekitar Kota Gaza pada saat itu.

Jumlah korban tewas sejauh ini merupakan yang tertinggi dari semua insiden di Gaza selama kekerasan yang terjadi saat ini. Memang benar, sulit menemukan zona aman dari gempuran Israel. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler