Indonesia Peringkat Keempat Negara dengan Sampah Makanan Terbanyak di Dunia
Permasalahan sampah makanan di Indonesia diproyeksikan meningkat 31 persen di 2030.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat food waste tertinggi di dunia, yakni sebesar 20,94 juta metrik ton, menurut data dari United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020. Permasalahan ini menjadi semakin genting karena pemborosan makanan diproyeksikan akan meningkat hingga 31 persen pada tahun 2030.
Untuk mengatasi permasalahan sampah makanan, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional terus memperkuat program 'Gerakan Selamatkan Pangan'. Dengan tujuan menyelamatkan pangan yang berpotensi menjadi sampah makanan, Gerakan Selamatkan Pangan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu penyediaan, pengumpulan, penyortiran dan penyaluran pangan melalui donasi pangan, penyediaan platform penyelamatan pangan yang dapat diakses secara digital, serta melakukan sosialisasi, edukasi dan advokasi kepada masyarakat melalui kampanye 'Stop Boros Pangan' dan 'Belanja Bijak'.
"Melalui program Gerakan Selamatkan Pangan, pihaknya bertujuan untuk mengubah paradigma masyarakat dalam mengelola sampah makanan dan mendorong praktik-praktik yang lebih berkelanjutan," kata Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nyoto Suwignyo, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Permasalahan food waste yang begitu kompleks di Indonesia tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja, namun perlu ada kolaborasi dari berbagai pihak termasuk sektor swasta. DBS Indonesia, menjadi salah satu pihak swasta, yang berkomitmen membantu mengatasi food waste melalui kampanye 'Live more, Waste Water, & Food Less'.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika, mengatakan bahwa kampanye ini menjadi komitmen nyata DBS dalam mengatasi isu sampah dan konservasi air.
“Kami juga percaya bahwa kita semua, baik pemerintah, swasta, hingga masyarakat memiliki peran dalam mengatasi permasalahan sampah makanan demi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Mona.
Sejak tahun 2020, Bank DBS Indonesia juga secara aktif menunjukkan kepeduliannya terhadap isu sampah makanan yang tertuang melalui gerakan #MakanTanpaSisa. Kepedulian ini diwujudkan melalui kemitraan erat dengan berbagai organisasi demi mendukung beragam inisiatif berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan Kebun Kumara untuk program 'Kompos Kolektif', di mana sampah organik rumah tangga karyawan Bank DBS Indonesia diolah menjadi kompos guna mendorong pengurangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Selain itu, kolaborasi juga dilakukan dengan FoodCycle Indonesia dalam program 'Drive Hunger Away' dimana makanan yang tidak dikonsumsi karyawan atau makanan di gudang-gudang yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa, didonasikan kepada anak-anak kurang mampu dan lansia pra sejahtera yang rentan mengalami kelaparan.
Dengan eratnya jaringan di dalam ekosistem yang dibangun, Bank DBS Indonesia pun berhasil menjembatani eFishery untuk mendonasikan sebanyak 30 kilogram ikan nila kepada FOI yang kemudian diterima oleh 150 siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lansia di Jakarta, sebagai bagian dari komitmen eFishery terhadap ketahanan pangan dan modernisasi ekosistem akuakultur. Beberapa kegiatan dengan mitra juga dilakukan oleh Bank DBS Indonesia melalui program sukarelawan untuk karyawannya, yaitu People of Purpose seperti donasi dan pembagian makanan.
Sebagai hasilnya, kata Mona, sepanjang tahun 2023, Bank DBS Indonesia telah berhasil menyelamatkan 250 ribu kilogram food impact atau makanan yang berhasil diselamatkan sehingga tidak berakhir di TPA. Pencapaian ini mencatat peningkatan yang signifikan yakni sebesar 346 persen, jika dibandingkan tahun 2022 yang mencatatkan 56.596 kilogram food impact. Data dari DBS Group, secara regional, Bank DBS telah mencatatkan lebih dari 2.000 ton food impact dari semua negara dimana DBS beroperasi.
“Dengan ini, kami berharap dapat menginspirasi perubahan positif dan mengajak masyarakat untuk berkontribusi nyata dalam menciptakan dunia yang lebih baik,” jelas Mona.