Tuduhan Biden Soal Penyebab Serangan RS di Gaza Justru Bisa Buat Perang Meluas

AS mendukung Israel dengan meyakini serangan ke RS dilakukan oleh Jihad Islam

EPA-EFE/MIRIAM ALSTER
Sikap Presiden AS, Joe Biden yang menyatakan serangan yang terjadi di Rumah Sakit Rumah Sakit Al-Ahli Baptist disebabkan Jihad Islam justru bisa perang menyebar
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji membantu Israel dan Palestina dalam kunjungan kilatnya pada Rabu (18/10/2023). Namun, sikapnya yang menyatakan serangan yang terjadi di Rumah Sakit Rumah Sakit Al-Ahli Baptist berasal dari roket yang ditembakkan oleh kelompok dari Gaza bisa menggagalkan perundingan untuk mencegah perang menyebar.

Biden menjanjikan lebih banyak bantuan kepada Israel pada akhir kunjungan mendadaknya ke negara tersebut, yang membombardir Gaza dalam upaya membasmi kelompok Hamas. "Berdasarkan informasi yang kami lihat hari ini, tampaknya ledakan tersebut disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh kelompok teroris di Gaza," ujarnya.

Penyataan itu pun menimbulkan kekhawatiran akan ketidakstabilan yang lebih luas. Terlebih lagi para pengunjuk rasa melancarkan demonstrasi anti-Israel di Timur Tengah akibat serangan pada Selasa (17/10/2023) malam itu.

Mereka menyalahkan bahwa kejadian yang diduga membunuh 471 orang ini merupakan serangan udara Israel. Sementara Israel mengatakan, serangan itu disebabkan oleh kegagalan peluncuran roket yang dilakukan oleh kelompok Jihad Islam tetapi mereka menolak bertanggung jawab dan klaim ini digaungkan pula oleh Biden.

Para pemimpin Arab menanggapi hilangnya nyawa di rumah sakit tersebut dengan menyatakan, serangan itu berasal dari Israel. Peristiwa ini pun sudah membatalkan pertemuan puncak beberapa kepala negara dengan Biden di Yordania saat dia akan melakukan perjalanan ke Israel sebelumnya.

Kunjungan Biden ke Timur Tengah dirancang untuk menenangkan wilayah tersebut. Namun,  keputusan Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Plaestina Mahmoud Abbas Biden menolak pertemuan dengan Biden tidak membuatnya jera.

Biden justru menyatakan, AS akan melakukan apa pun untuk memastikan keamanan Israel. Dalam kunjungan kurang dari delapan jam itu, Biden pun menyatakan, akan meminta Kongres AS untuk memberikan paket bantuan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Israel pada pekan ini.

Presiden AS pun mengklaim serangan RS dilakukan oleh kelompok yang berada di Gaza. Meski begitu, Biden mencoba menarik simpati dengan mendesak warga Israel untuk tidak termakan amarah. Dia menegaskan kembali bahwa sebagian besar warga Palestina tidak berafiliasi dengan Hamas.

Selain itu, Biden juga menjanjikan akan menyediakan dana baru sebesar 100 juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat.

"Yang membedakan kami dari teroris adalah kami percaya pada martabat dasar setiap kehidupan manusia. Jika hal ini tidak dipatuhi, maka terorislah yang menang," kata Biden.

Biden menghadapi tekanan kuat untuk menjamin komitmen yang jelas untuk membiarkan bantuan masuk ke Gaza dari Mesir. Pembukaan koridor kemanusiaan guna meringankan penderitaan warga sipil di wilayah pesisir kecil yang padat penduduknya.

Baca Juga


Israel akan izinkan makanan ke Gaza selatan.... 



 

Dalam akhir kunjungan Biden, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, Israel akan mengizinkan makanan, air, dan obat-obatan mencapai Gaza selatan melalui Mesir. Israel menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan membiarkan bantuan sampai Hamas membebaskan sekitar 200 sandera yang disandera dalam serangan 7 Oktober.

Israel pekan lalu memerintahkan lebih dari satu juta warga sipil di Gaza utara untuk berpindah ke selatan  guna menghindari serangan. Namun, nyatanya Israel pun tetap menyerang warga yang berpindah bahkan fasilitas-fasilitas seperti sekolah dan rumah sakit.

Strategi langsung Israel, kata tiga pejabat regional, adalah menghancurkan infrastruktur Gaza, bahkan dengan korban sipil yang tinggi. Tindakan ini mendorong penduduk daerah kantong tersebut menuju perbatasan Mesir.

Negara tetangga Gaza, Mesir dan Yordania, dengan tegas menolak anggapan bahwa pengungsi Palestina dapat pindah ke wilayah mereka. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan para pemimpin Palestina di Tepi Barat mengecam pemindahan paksa warga sipil Gaza. Para pemimpin Palestina menyebutnya sebagai garis merah yang tidak dapat dilewati. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler