Dituding Dekat Gerakan yang Dianggap Teroris, Benzema Bakal Tuntut Menteri Prancis

Karim Benzema tidak pernah punya hubungan dengan Ikhwanul Muslimin.

EPA-EFE/Daniel Gonzales
Pesepak bola Muslim asal Prancis, Karim Benzema, yang kini memperkuat klub Arab Saudi, Al Ittihad.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penyerang Al Itithad, Karim Benzema, membuka kemungkinan mengajukan tuntutan hukum terhadap Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin. Langkah ini terkait dengan pernyataan Darmanin yang menuding peraih gelar pemain terbaik dunia (Ballon d'Or) pada 2022 itu memiliki hubungan dekat dengan organisasi Islam, Ikhwanul Muslimin.

Didirikan oleh ulama asal Mesir, Hassan al-Banna, pada 1928, Ikhwanul Muslimin menjadi gerakan dakwah Islam yang cukup populer di kawasan Arab dan Timur Tengah. Selain sebagai respons atas kolonialisme di Mesir, gerakan Ikhawnul Muslimin fokus pada pengajaran nilai-nilai Islam, pendidikan, dakwah, dan gerakan sosial.

Ikhwanul Muslimin terus mendulang popularitas di kawasan Arab dan Timur Tengah. Dalam perkembangannya, Ikhawnul Muslimin dinilai memberikan inspirasi terhadap pembentukan gerakan serupa di berbagai negara, terutama negara-negara mayoritas Muslim.

Kendati begitu, lantaran kerap berseberangan dengan pemerintah setempat, gerakan-gerakan yang diilhami oleh Ikhawnul Muslimin ini kerap dianggap sebagai gerakan teroris. Negara-negara di kawasan Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Suriah, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir, menganggap Ikhwanul Muslimin sebagai oganisasi teroris.

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun televisi asal Prancis, CNews, Darmanin menyebut, Benzema memiliki kedekatan dengan Ikhwanul Muslimin. Kala itu, Darmanin tengah membeberkan soal potensi serangan teroris di dalam Prancis yang kerap dikaitkan dengan gerakan Islam.

''Kami sudah memantau lebih dari 1.100 pergerakan Islam. Dalam beberapa pekan terakhir, saya cukup tertarik, Benzema, seperti yang kita semua tahu, juga terhubung dengan Ikhwanul Muslimin. Kami menyoroti jaringan mereka karena seperti yang dikatakan ilmuwan politik, mereka menciptakan 'Jihad atmosferic','' kata Darmanin seperti dikutip Football Espana, awal pekan ini.

Pernyataan ini agaknya akan berbuntut panjang. Pengacara Benzema, Hugues Vigier, membantah semua klaim Darmanin tersebut. Selain disebut tidak tepat, pernyataan itu juga dinilai mencemarkan nama baik Benzema serta penghinaan di depan umum.

Alhasil, Benzema via Vigier tengah mempertimbangkan untuk mengambil langkah hukum terhadap Darmanin akibat pernyataan terbuka tersebut. Benzema siap menyeret Darmanin ke meja hijau atas pernyataan itu.

''Itu sepenuhnya salah. Benzema tidak pernah punya hubungan dengan Ikhwanul Muslimin. Kami mempertimbangkan untuk menuntut menteri tersebut. Mungkin dengan menggunakan undang-undang manipulai informasi, penyebaran kebencian, pencemaran nama baik, dan penghinaan di depan umum. Hal ini tidak bisa diterima, apalagi dia (Darmanin) adalah pejabat publik,'' kata Vigier kepada Le Parisien, Kamis (19/10/2023).

Meski lahir dan besar di Lyon, Prancis, Benzema merupakan keturunan imigran Aljazair. Pemain berusia 35 tahun itu pun dikenal sebagai pemeluk agama Islam. Eks bintang Real Madrid itu juga tidak ragu menunjukan sikapnya terkait isu-isu di dunia Islam, termasuk konflik Israel-Palestina. Benzema pun sempat mengutuk serangan Israel ke Jalur Gaza dalam konflik teranyar antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler