Israel Ungkap Rencana Caplok Lebih Banyak Wilayah Jalur Gaza Saat Perang Selesai

Israel akan mencaplok lebih banyak wilayah Jalur Gaza di akhir perang

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Israel akan mengurangi dan memperkecil wilayah kantong Gaza dari peta yang ada saat ini
Rep: Amri Amrullah  Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengungkapkan rencana negaranya seusai misi perang memberantas Hamas berhasil, Israel akan mengurangi dan memperkecil wilayah kantong Gaza dari peta yang ada saat ini. Pernyataan Cohen ini menegaskan bahwa Israel akan mencaplok lebih banyak wilayah Jalur Gaza pada akhir misi perang dengan Hamas.

Berbicara kepada Radio Angkatan Darat Israel pada Rabu (18/10/2023), Eli Cohen bersumpah untuk melenyapkan Hamas dari Gaza dan kemudian memprediksi "memperkecil" wilayah Gaza. "Di akhir perang ini, Hamas tidak hanya tidak lagi berada di Gaza, tapi wilayah Gaza juga akan berkurang," katanya.

Tidak jelas apakah yang dimaksud Cohen adalah zona penyangga yang akan ditempatkan di sekitar daerah kantong yang dikuasai Hamas, atau Israel bermaksud untuk menyerap sebagian dari wilayah berpenduduk 2,3 juta orang itu sepenuhnya ke dalam wilayahnya.

Beberapa analis telah menyarankan bahwa Israel perlu menciptakan zona penyangga yang luas di sekitar Jalur Gaza untuk melindungi warga Israel. Sehingga warga Israel yang tinggal di pemukiman dekat perbatasan jauh lebih aman menjadi sasaran serangan dari kelompok penyerang lain, seperti serangan Hamas pada 7 Oktober.

Zona penyangga yang didemiliterisasi tanpa infrastruktur sipil di dalamnya mungkin merupakan hal yang ada dalam pikiran Cohen ketika ia mengklaim bahwa wilayah Gaza akan "berkurang". Namun, gerakan permukiman nasionalis garis keras Israel juga menginginkan agar sebagian wilayah Gaza diserahkan kepada mereka setelah perang usai.

Komentar Cohen menimbulkan kekhawatiran bahwa sebagian wilayah Gaza akan dicaplok atau diduduki kembali pada akhir perang.

Ada kepahitan di antara para pemukim atas pelepasan Israel dari Gaza pada tahun 2005, yang menyebabkan evakuasi 21 permukiman di dalam daerah kantong tersebut.

Perdana Menteri Ariel Sharon saat itu memilih untuk menarik diri dari wilayah tersebut karena kekhawatiran bahwa Israel tidak dapat lagi melindungi permukiman di sana dan bahwa pendudukan jutaan warga Gaza Palestina terlalu mahal.

Setiap permukiman Israel yang kembali di Gaza akan membutuhkan kehadiran pasukan jangka panjang yang besar di beberapa bagian Jalur Gaza. Ini sesuatu yang tampaknya telah dikesampingkan oleh Isaac Herzog, presiden Israel. 

"Sejauh ini, kami tidak memiliki keinginan untuk menduduki atau menduduki kembali Gaza. Kami tidak memiliki keinginan untuk mengatur kehidupan lebih dari dua juta orang Palestina," katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN, akhir pekan lalu.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga secara terbuka mendesak Israel untuk tidak menduduki kembali Gaza.

Sebelum membentuk pemerintahan persatuan di masa perang dengan Hamas, Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, telah berada di bawah tekanan yang kuat untuk menenangkan gerakan pemukim Israel. Hal ini karena sejumlah pemimpin utama mereka telah masuk ke dalam koalisi pemerintahan Netanyahu yang dalam situasi perang saat ini. 

Baca Juga


 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler