Dorong Penyelesaian Masalah Sampah, ‘Kota Bandung Perlu Perbanyak TPST’

Pemprov Jabar dapat menjembatani upaya pengadaan TPA Darurat tersebut.

Republika/ M Fauzi Ridwan
Penutupan sementara TPS Sederhana di Jalan Sederhana, Kota Bandung berdampak kepada tumpukan sampah berceceran di sejumlah ruas Jalan Sukajadi, Jalan Jurang dan Jalan Sederhana, Selasa (17/10/2023).
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Masa kedaruratan sampah Kota Bandung berpotensi diperpanjang kembali. Ketua Satuan Tugas Penanganan Kedaruratan Sampah Kota Bandung Ema Sumarna menyebut, Kota Bandung perlu memperbanyak Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk dapat mempercepat penyelesaian masalah sampah. 

Baca Juga


“Sejauh ini (TPST) hanya optimal untuk kawasan lokasi TPST saja, kalau kalay berbicara untuk kepentingan se-Kota Bandung ya tidak akan memadai. Makanya di Bandung harus banyak TPST-TPST seperti di Holis,” ungkap Ema, Kamis (19/10/2023). 

 Ema juga menyinggung rencana pengadaan TPA Darurat di Cijeruk, Kabupaten Sumedang. Menurutnya, Pemkot Bandung tidak memiliki otoritas untuk memutuskan apapun. Oleh karenanya, dia berharap Pemprov Jabar dapat menjembatani upaya pengadaan TPA Darurat tersebut. 

 “Tapi kita komunikasi juga dengan Kabupaten Semedang, dan saya dengarkan operatornya belum ada.  Nah makanya kami berharap, ayo provinsilah yang lebih mengoptimalkan untuk bisa membantu agar TPA Cijeruk ini bisa segera terrealisasi, ya,” papar Ema. 

 Saat ditanya mengenai waktu pasti pengoperasian TPS Darurat Gedebage, Ema menerangkan bahwa TPS yang berlokasi tak jauh dari Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) tersebut diproyeksikan untuk menjadi tempat pengolahan sampah organik. Sehingga memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memutuskan sistem pengolahan sampah yang akan diterapkan, kata Ema. 

 “TPS Darurat di Gedebage sudah disiapkan, tapi bukan untuk menumpukkan sampah,  kita inginnya itu untuk menyelesaikan sampah organik, mungkin ini kita perlu waktu.  Apakah di sana akan ada pengolahan melalui magotisasi, pokoknya sampah sisa makanan semua kita habiskan di sana,  tapi kan ini masih perlu waktu, itu belum bisa menangani secara keseluruhan,” jelasnya. 

 Ema menegaskan, kedepannya Pemkot Bandung akan terus menggencarkan berbagai cara untuk mempercepat penanganan masalah sampah di Kota Bandung. Dia menyebut, saat ini penerapan Kang Pisman hingga kawasan bebas sampah (KBS) di Kota Bandung juga terus meningkat. 

 “Jadi ini yang saat ini  dan kedepannya yang terus ingin kita lakukan dengan berbagai cara lah,  tapi yang paling utama menurut saya mengajak, membangun, merubah mindset,  merubah paradigma, membangun, menghadirkan peradaban, terutama dalam pengolahan sampah,” jelas Ema. 

Dia juga mengungkapkan saat ini Pemkot Bandung terus mendorong upaya pengurangan sampah berdasarkan kluster, mulai dari kluster pendidikan, pemerintahan, pusat perbelanjaan, instansi kesehatan, dan perhotelan. Ema  menghimbau masyarakat untuk mulai mengolah sampah sisa makanan dan organik dengan lodong sesa dapur (loseda), dan membawa sampah anorganik ke bank sampah atau pengepul agar dapat didaur ulang. 

 “Jadi sampah bisa selesai, dan hanya sampah residu saja yang dibuang ke TPS,” sambung Ema. 

 “Nah kalau ini secara kumulatif bisa bergerak sinergi simultan seperti itu artinya kita akan bertemu titik waktu bahwa kita selesai (darurat sampah). Tapi kan ini butuh waktu ya, apalagi kita sudah puluhan tahun terjebak dengan pola seperti ini (membuang sampah tanpa proses pemilahan dan pengolahan),” pungkasnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler