Survei LSI Oktober 2023: Prabowo 37 Persen, Ganjar 35,2 Persen, dan Anies 22,7 Persen

Masih ada 20-28 pemilih yang bisa berubah, pertarungan bisa sengit pada Pilpres 2024.

Republika/Prayogi; Thody Badai;
Calon presiden Prabowo Subianto, Anies Rasyid Baswedan, dan Ganjar Pranowo.
Rep: Eva Rianti Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan, akan terjadi pertarungan yang sangat sengit dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hal itu berdasarkan survei terbaru yang dilakukan pada 2-8 Oktober 2023.

Para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dinilai bakal berupaya keras mengambil suara para pemilih yang mudah berubah alias tidak solid. Alhasil, perubahan suara masih bisa terjadi di lapangan.

Baca Juga



"Di putaran pertama akan terjadi pertarungan yang sangat sengit untuk memperebutkan pemilih yang masih mudah berubah atau tidak solid," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan di acara bertajuk 'Peta Pilpres dan Pileg Menjelang Masa Pendaftaran Capres dan Cawapres' secara daring di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Djayadi menyampaikan, hasil survei simulasi putaran pertama pemilihan tiga capres, baik Anies Rasyid Baswedan, Ganjar Pranowo, maupun Prabowo Subianto, suaranya terus berubah. Dalam survei, responden ditanyakan mengenai pilihan capresnya yang meliputi empat masa perbandingan, yakni Januari 2021, Mei-Juni 2022, April 2023, dan Oktober 2023.

Angka responden yang memilih Anies pada Januari 2021 sebanyak 25,7 persen, turun menjadi 25,1 persen pada Mei-Juni 2022, naik di angka 25,9 pada April 2023, dan turun cukup dalam menjadi 22,7 persen pada Oktober 2023. "Angka Anies cenderung stagnan atau stabil," tuturnya.

Adapun pemilih Ganjar pada Januari 2021 sebesar 25,3 persen, naik menjadi 32,1 persen pada Mei-Juni 2022, naik lagi di angka 34,1 persen pada April 2023, dan pada Oktober naik menjadi 35,2 persen. Secara umum, pergerakan keterpilihan Ganjar mengalami peningkatan, meski terbatas sejak Januari 2021 hingga Oktober 2023.

Sementara itu, pemilih Prabowo pada Januari 2021 di angka 34,5 persen, turun menjadi 33,1 persen pada Mei-Juni 2022, lalu turun lagi di angka 32,5 persen pada April 2023, namun naik cukup signifikan pada Oktober 2023 menjadi 37 persen.

Adapun jumlah responden yang tidak memilih, pada Januari 2021 sebanyak 14,5 persen, turun menjadi 9,8 persen pada Mei-Juni 2022, turun lagi menjadi 7,5 persen pada April 2023, dan kembali turun menjadi 5,2 persen pada Oktober 2023.

"(Hasil survei terbaru Oktober 2023) Prabowo paling banyak dipilih, yakni 37 persen, kemudian Ganjar 35,2 persen, Anies 22,7 persen," ujar Djayadi.

Djayadi mengungkapkan, hal yang menarik dari data tersebut adalah pertanyaan mengenai apakah para pemilih itu solid dengan pilihan capresnya. Berdasarkan hasil survei, angka ketidaksolidan pemilih bergerak di angka 20 persenan.

"Kalau kita ukur, ada 73,2 persen yang menyatakan solid, cukup tinggi ya. Sementara yang bisa dengan mudah berubah 23,4 persen, ditambah 3,3 persen yang belum menjawab (absen), jadi ada sekitar 27 persen pemilih yang masih mudah berubah," jelas dosen Universitas Paramadina tersebut.

Jika di-breakdown ke masing-masing nama, pemilih Anies yang solid atau sulit berubah pikiran sebesar 71,4 persen. Sementara itu, pemilih Ganjar yang solid 72,8 persen, dan Prabowo sebesar 74,7 persen.

"Artinya pemilih solid hampir sama ada seitar 70-75 persen. Ini artinya lagi-lagi akan terjadi perebutan yang sangat sengit terhadap para pemilih yang mudah berubah yang jumlahnya sekitar 20 hingga 28 persen," kata Djayadi.

"Karena 20 hingga 28 persen itu jumlahnya tidak terlalu banyak, itu berarti sesedikit apapun jumlah pemilih akan menjadi perebutan. Dengan kata lain pertarungan akan sangat sengit atau bahasa Inggrisnya body count," ujar Djayadi menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler