Israel Mulai Serang Wilayah Selatan Gaza

Menhan Israel memerintahkan pasukan darat untuk bersiap masuk ke Gaza.

Mahmud HAMS / AFP
Tenda untuk warga Palestina yang mencari perlindungan didirikan di halaman pusat Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada Kamis (19/10/2023).
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS -- Israel mulai membombardir daerah-daerah di selatan di mana warga Palestina mencari keselamatan. Sementara Israel mulai mengevakuasi warganya di kota besar di utara dekat perbatasan Lebanon.

Evakuasi ini merupakan tanda terbaru dari invasi darat Israel ke Gaza yang dapat memicu gejolak regional. Warga Palestina di Gaza melaporkan adanya serangan udara besar-besaran di Khan Younis di selatan.

Mereka mengatakan ambulans membawa pria, wanita dan anak-anak ke Rumah Sakit Nasser di kota tersebut, rumah sakit terbesar kedua di Gaza yang sudah penuh dengan pasien dan orang yang mencari perlindungan.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memerintahkan pasukan darat untuk bersiap melihat Gaza “dari dalam.” Pernyataan ini mengisyaratkan serangan darat yang bertujuan untuk menghancurkan Hamas di Gaza dua pekan setelah serangan mendadak mereka ke Israel.

Pejabat Israel belum memberikan jadwal untuk operasi semacam itu. Lebih dari satu juta orang mengungsi di Gaza, dan banyak di antara mereka yang mengindahkan perintah Israel untuk melakukan evakuasi ke wilayah utara wilayah pesisir yang tertutup.

Rumah sakit-rumah sakit di Gaza yang kewalahan menjatah pasokan medis dan bahan bakar untuk generator yang semakin menipis. Sementara pihak berwenang menyiapkan logistik untuk pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan dari Mesir yang belum masuk.

Para dokter di bangsal yang gelap di seluruh Gaza melakukan operasi dengan menggunakan cahaya ponsel dan menggunakan cuka untuk mengobati luka yang terinfeksi.

Kesepakatan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza melalui Rafah, satu-satunya jalur penyeberangan di wilayah tersebut yang tidak dikendalikan oleh Israel , masih rapuh. Israel mengatakan pasokan tersebut hanya dapat disalurkan kepada warga sipil dan akan “menggagalkan” pengalihan apa pun yang dilakukan Hamas.

Lebih dari 200 truk dan sekitar 3.000 ton bantuan ditempatkan di atau dekat Rafah. Namun pekerjaan perbaikan jalan di sisi Gaza yang rusak akibat serangan udara belum dimulai.

Israel mengevakuasi warganya yang tinggal di dekat Gaza dan Lebanon dan menempatkannya di hotel-hotel lain di negara itu dalam program yang didanai negara.

Pada Jumat (20/10/2023) Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan rencana evakuasi di Kiryat Shmona, sebuah kota berpenduduk lebih dari 20.000 penduduk di dekat perbatasan Lebanon.

Kelompok Hizbullah di Lebanon yang memiliki persenjataan besar berupa roket jarak jauh, hampir setiap hari saling baku tembak dengan Israel di sepanjang perbatasan. Kelompok yang didukung Iran ini mengisyaratkan akan ikut berperang jika Israel berusaha memusnahkan Hamas.

Iran yang mendukung Hizbullah dan Hamas mendukung rencana tersebut. Sementara Presiden AS Joe Biden menjanjikan dukungan yang tak tergoyahkan bagi keamanan Israel, “hari ini dan selamanya.”

Ia menambahkan dunia “tidak bisa mengabaikan kemanusiaan warga Palestina yang tidak bersalah” di Jalur Gaza yang terkepung. Dalam pidatonya di Ruang Oval, beberapa jam setelah kembali ke Washington dari kunjungan darurat ke Israel, Biden membedakan antara warga Palestina pada umumnya dan Hamas.

Ia menghubungkan perang yang terjadi saat ini di Gaza dengan invasi Rusia ke Ukraina. Biden mengatakan Hamas dan Presiden Rusia Vladimir Putin “ingin sepenuhnya memusnahkan demokrasi di negara tetangga.”

Biden mengatakan ia mengirimkan “permintaan anggaran mendesak” ke Kongres pada untuk mencakup bantuan militer darurat ke Israel dan Ukraina. n Lintar Satria/AP 

Baca Juga


 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler