Mengulik Maraknya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Pendidikan tingkat tinggi adalah masa yang menantang bagi banyak mahasiswa.

retizen /Virginia Jelita Jihadtullah Tanara
.
Rep: Virginia Jelita Jihadtullah Tanara Red: Retizen
Sumber: haidokter

Latar Belakang dan Data Kasus


Pendidikan tingkat tinggi adalah masa yang menantang bagi banyak mahasiswa. Memenuhi tuntutan perkuliahan yang padat, tekanan sosial, dan masa transisi kehidupan yang berat bisa memberikan dampak negatif pada kesejahteraan psikologis individu. Tak heran jika maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa menjadi perhatian serius bagi para pendidik, pihak berwenang, dan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa semakin mengkhawatirkan. Bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Fenomena ini memicu keprihatinan dan perlu adanya pemahaman yang mendalam terkait faktor-faktor penyebab yang mendorong mahasiswa untuk mengambil tindakan drastis tersebut.

Kasus bunuh diri semakin meningkat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Kepolisian RI (Polri) terdapat 663 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga Juli 2023. Angka tersebut meningkat sebanyak 36,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021, yaitu sebanyak 486 kasus. Hal ini menjadi peringatan serius bagi seluruh pihak terkait halnya mencari solusi yang tepat guna mengatasi fenomena ini.

Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa. Tekanan akademik yang berlebihan, tantangan kehidupan yang meningkat, dan perasaan terisolasi adalah faktor utama yang berkontribusi pada masalah ini. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menciptakan kondisi yang sangat tidak stabil bagi mahasiswa sehingga mereka merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa mereka tanggung. Studi yang dilakukan oleh para ahli dalam bidang ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres yang tinggi dan merasa terpencil dari komunitasnya cenderung lebih rentan terhadap pemikiran dan tindakan bunuh diri.

Dampak Psikologis dan Sosial

Kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa tidak hanya berdampak pada individu yang melakukannya, tetapi juga pada keluarga, teman, dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikologis, kasus ini meninggalkan bekas luka dan trauma yang mendalam pada keluarga dan teman-teman terdekat, yang kemudian bisa berdampak pada kesejahteraan mental mereka juga. Dari segi sosial, maraknya kasus bunuh diri dapat menciptakan kekhawatiran yang meluas di kalangan mahasiswa, menimbulkan perasaan takut, dan rasa cemas.

Upaya Pemulihan dan Pencegahan

Pencegahan kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa harus menjadi prioritas utama. Perguruan tinggi perlu menyediakan layanan dukungan kesehatan mental yang mudah diakses, seperti konseling individu dan kelompok. Program-program pemulihan seperti terapi kelompok dan kegiatan sosial juga dapat membantu mahasiswa merasa didukung dan diterima oleh komunitasnya. Selain itu, pendidikan tentang kesehatan mental dan cara mengatasi stres perlu ditingkatkan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kesejahteraan mereka sendiri.

Peran Keluarga, Teman, dan Komunitas

Keluarga, teman, dan komunitas memainkan peran penting dalam mendukung mahasiswa yang mungkin mengalami kesulitan dalam hidupnya. Menjalin komunikasi yang terbuka, menunjukkan empati dan perhatian, serta memberikan dukungan yang nyata adalah langkah-langkah yang dapat membantu mencegah kasus bunuh diri. Kerjasama antara lembaga pendidikan, keluarga, dan teman dalam memperhatikan tanda-tanda bahaya dan merespon dengan cepat merupakan suatu hal yang penting. Keluarga memiliki peran untuk memberikan dukungan emosional serta memperhatikan perubahan perilaku yang mencurigakan pada anak mereka. Selain itu, komunitas mahasiswa dapat membentuk kelompok dukungan dan mengadakan kegiatan sosial yang dapat membantu mengatasi isolasi dan tekanan pada mahasiswa.

Peran Media dalam Pemberitaan Sensitif

Media juga memegang peran penting dalam pemberitaan terkait kasus bunuh diri. Saat melaporkan kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa, media harus tetap menjaga etika dengan memerhatikan prinsip keseimbangan dan kesensitifan. Berita yang tidak tepat atau sensationalize dapat meningkatkan risiko efek kontagius, di mana individu yang rentan dapat terinspirasi untuk mengikuti jejak sikap negatif tersebut.

Mengatasi Stigma

Stigma terkait bunuh diri dan masalah kesehatan mental seringkali menjadi penghalang bagi individu untuk mencari bantuan. Penting untuk menghilangkan stigma ini melalui program-program edukasi dan kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan empati masyarakat terhadap kesehatan mental. Melalui penyuluhan dan pendidikan, diharapkan stigma akan berkurang dan individu yang membutuhkan bantuan dapat merasa lebih nyaman dalam mencari dukungan.

Kesimpulan

Maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa merupakan isu yang serius dan membutuhkan perhatian yang tepat. Dalam mengatasi masalah ini, upaya pencegahan dan pemulihan harus menjadi prioritas. Dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari layanan kesehatan mental yang mudah diakses, pendidikan tentang kesehatan mental, dukungan keluarga dan teman, penghilangan stigma, hingga kolaborasi antar lembaga. Hanya dengan upaya bersama dan kerjasama semua pihak, kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa dapat dikurangi dan kesehatan mental mahasiswa dapat ditingkatkan.

sumber : https://retizen.id/posts/241376/mengulik-maraknya-kasus-bunuh-diri-di-kalangan-mahasiswa
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler