Interaksi Kaum Saba dengan Penduduk Palestina di Zaman Nabi Sulaiman

Mereka dapat bertahan hidup dan dapat pula bercocok tanam sekadarnya.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Warga berjalan di gang dekat rumah keluarga Sub-Laban di kawasan Muslim Kota Tua Yerusalem, Senin (12/6/2023). Nora dan Mustafa Sub-Laban menghadapi risiko penggusuran dari rumah mereka di Kota Tua Yerusalem setelah puluhan tahun perselisihan hukum atas properti tersebut yang dimulai pada tahun 1978. Pada tahun 2023, Mahkamah Agung Israel memutuskan mendukung sekelompok pemukim Yahudi dan memerintahkan penggusuran pasangan lansia Palestina harus dilakukan.
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah negeri Saba yang berlokasi di Yaman luluh lantak akibat banjir besar yang terjadi karena jebolnya bendungan Ma'rib, orang-orang Saba hidup dalam kesengsaraan. Sektor pertanian dan perkebunan yang menjadi unggulan mereka mengalami kerusakan.

Baca Juga


Bahkan tanah mereka tak dapat lagi ditanami dengan tanaman dan buah-buahan yang unggul seperti masa lalu. Dari tanah mereka hanya dapat tumbuh pohon-pohon yang berbuah pahit. 

 

فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ

 

Artinya: Akan tetapi, mereka berpaling sehingga Kami datangkan kepada mereka banjir besar (banjir besar akibat jebolnya bendungan Ma'rib) dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) berbuah pahit, pohon asal (sejenis cemara) dan sedikit pohon sidir (bidara) (Alquran surah Saba ayat 16).

 

Bertahun-tahun kaum Saba mengalami penderitaan akibat mereka menyekutukan Allah dengan menyembah matahari. Di lain sisi, Syam (Palestina saat ini) adalah negeri yang maju dengan masyarakat yang hidup makmur sejahtera dengan rajanya, yakni nabi Sulaiman. 

Dengan keadaan itu, penduduk negeri Saba pun satu per satu mencoba peruntungannya untuk meraih kehidupan yang baik dengan melakukan perjalanan ke Syam. Dari situlah terbangunnya interaksi antara orang-orang Saba dan penduduk Syam. 

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَّقَدَّرْنَا فِيْهَا السَّيْرَۗ سِيْرُوْا فِيْهَا لَيَالِيَ وَاَيَّامًا اٰمِنِيْنَ

Artinya: Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam) beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman (Alquran surat Saba ayat 18). 

Dalam tafsir Tahlili Lajnah...

 

 

 

Dalam tafsir Tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama disebutkan bahwa negeri Syam terkenal sebagai negeri yang subur. Orang-orang dapat berjalan dengan mudah dan aman pada siang dan malam hari tanpa harus berhenti di padang pasir.

Dijelaskan kaum Saba yang masih tinggal di negerinya, walaupun mengalami kesulitan hidup karena negeri mereka telah menjadi lekang dan tandus. Kaum Saba mengadakan perjalanan untuk berdagang dari suatu negeri ke negeri yang lain, terutama ke negeri-negeri yang agak besar, seperti Mekah dan Syam di utara dan barat laut. 

Negeri-negeri tersebut pada waktu itu termasuk negeri yang makmur yang menjadi pusat perdagangan. Perjalanan di antara negeri-negeri itu mudah dan aman karena adanya kampung-kampung tempat singgah para musafir bila kemalaman dan kehabisan bekal atau merasa letih. 

Mereka dapat bertahan hidup dan dapat pula bercocok tanam sekadarnya pada waktu musim hujan. Mereka juga memelihara binatang ternak ketika di sana masih banyak padang rumput. 

Ini adalah suatu nikmat dari Allah...

 

Ini adalah suatu nikmat dari Allah kepada mereka walaupun tidak sebesar nikmat yang dianugerahkan-Nya ketika Bendungan Ma’rib belum hancur dan musnah. Allah menyuruh mereka mempergunakan nikmat itu dengan sebaik-baiknya dan berjalan dengan membawa barang dagangan di antara negeri-negeri dengan aman, walaupun jarak yang ditempuh mereka kadang-kadang amat jauh. 

Mereka dapat singgah di kampung-kampung yang ada di sekitar kota-kota besar itu bila merasa lelah. Bila mereka kemalaman mereka dapat berhenti di kampung yang terdekat dan demikianlah seterusnya.

Sementara itu, Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika membahas tentang وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا (Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam)) beliau menjelaskan penduduk Saba melakukan perjalanan ke Syam lalu mereka bertemu di satu daerah yang terkenal dan mereka pun menyatu. Negeri yang terkenal itu sebagaimana dikatakan Al Aufi negeri yang dilimpahkan keberkahan yaitu adalah Baitul Maqdis (Al Quds atau Yerusalem saat ini).

 وقال مجاهد والحسن وسعيد بن جبير ومالك عن زيد بن أسلم وقتادة والضحاك والسدي وابن زيد وغيرهم : يعنى: قرى الشام. يعنون أنهم كانوا يسيرون من اليمن إلى الشام في قرى ظاهرة متواصلة . وقال العوفي ، عن ابن عباس: القرى التي باركنا فيها: بيت المقدس.

 

Artinya: dan berkata Mujahid , dan Al Hasan, dan Said bin Jubair dan Malik dari Zaid bin Aslam dan Qatadah dan ad Dhahak dan Suudi, dan Ibnu Zaid dan lainnya: yakni Daerah Syam. yang dimaksud adalah bahwa mereka melakukan perjalanan dari Yaman ke Syam dalam suatu darah yang terkenal dan saling menyatu. Al Aufi berkata dari Ibnu Abas negeri yang diberkahi di dalamnya yaitu Baitul Maqdis. (Lihat tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, cetakan Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi, Saudi, Juz 6 halaman 509).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler