UNICEF: Israel Bunuh 400 Anak Palestina per Hari

Setidaknya 2.360 anak-anak gugur dan 5.364 lainnya terluka menyusul pengeboman Israel

AP Photo/Ali Mahmoud
Seorang jurnalis Palestina menenangkan keponakannya yang terluka dalam serangan Israel di rumah keluarganya di kamp pengungsi Nusseirat, di sebuah rumah sakit di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) menyatakan pada Selasa (24/10/2023), serangan udara Israel di Jalur Gaza membunuh atau melukai lebih dari 400 anak setiap hari. Setidaknya 2.360 anak-anak gugur dan 5.364 lainnya terluka menyusul pengeboman Israel yang tiada henti di wilayah kantong yang terkepung tersebut.

“Pembunuhan dan melukai anak-anak, penculikan anak-anak, penyerangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan akses kemanusiaan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak,” kata Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr.

Periode 18 hari serangan kali ini merupakan peningkatan permusuhan paling mematikan di Jalur Gaza dan Israel yang pernah disaksikan PBB sejak 2006. Kekerasan meningkat setelah serangan tidak terduga Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober.

Israel telah bersumpah untuk melakukan penghancuran total di Gaza untuk memusnahkan Hamas. Namun, organisasi hak asasi internasional telah memperingatkan bahwa pengeboman yang sedang berlangsung telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat besar.

“Rekaman anak-anak yang diselamatkan dari bawah reruntuhan, terluka dan berada dalam kesusahan, sambil gemetaran di rumah sakit saat mereka menunggu perawatan, menggambarkan kengerian luar biasa yang dialami anak-anak ini. Namun, tanpa akses kemanusiaan, kematian akibat serangan bisa menjadi puncak gunung es,” kata Khodr dikutip dari Al Arabiyah.

Hampir setiap anak atau sekitar 50 persen dari populasi di Gaza telah terkena peristiwa dan trauma yang sangat menyedihkan. Menurut UNICEF, anak-anak melihat kehancuran yang meluas, serangan tanpa henti, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan.

“Jumlah korban jiwa akan meningkat secara eksponensial jika inkubator mulai tidak berfungsi, jika rumah sakit menjadi gelap, jika anak-anak terus meminum air yang tidak aman dan tidak memiliki akses terhadap obat-obatan ketika mereka sakit," ujar Khodr.

Selain itu, seluruh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah hampir 2,3 juta orang menghadapi kekurangan air yang parah dan mendesak. UNICEF memperingatakan, kondisi itu menimbulkan konsekuensi serius bagi anak-anak.

Menurut badan PBB tersebut, sebagian besar sistem air terkena dampak parah atau tidak dapat beroperasi. Hal itu terjadi akibat kombinasi beberapa faktor, termasuk kekurangan bahan bakar dan kerusakan pada infrastruktur produksi, pengolahan, dan distribusi yang penting.

Saat ini, kapasitas produksi air hanya lima persen dari produksi harian biasanya. “UNICEF segera menghimbau semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata, mengizinkan akses kemanusiaan dan membebaskan semua sandera. Bahkan perang pun mempunyai aturan. Warga sipil harus dilindungi, khususnya anak-anak, dan segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan mereka dalam segala situasi," ujar Khodr.

Bahan bakar sangat penting untuk pengoperasian fasilitas penting seperti rumah sakit, pabrik desalinasi, dan stasiun pompa air. Unit perawatan intensif neonatal menampung lebih dari 100 bayi baru lahir, beberapa di antaranya berada di inkubator dan bergantung pada ventilasi mekanis, sehingga pasokan listrik yang tidak terputus menjadi masalah hidup dan mati.

Tapi, meskipun ada permohonan, Israel terus melarang pengiriman bahan bakar ke Gaza. Militer Israel bahkan menyarankan agar PBB meminta pasokan bahan bakar kepada Hamas ketika badan tersebut memperingatkan bahwa mereka harus segera menghentikan operasi jika tidak ada bahan bakar yang dikirimkan.

Baca Juga


Banyak orang terluka tanpa intervensi medis...



 

Organisasi Kesehatan Dunia sebelumnya telah memperingatkan, lebih dari separuh fasilitas layanan kesehatan primer, dan sekitar satu dari setiap tiga rumah sakit, berhenti berfungsi. Staf rumah sakit yang kewalahan harus berjuang untuk menangani kasus-kasus karena gelombang korban luka yang terus berdatangan.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, banyak orang yang terluka terbaring di tanah tanpa intervensi medis dasar dan yang lain menunggu berhari-hari untuk dioperasi karena begitu banyak kasus kritis. “Situasi di Jalur Gaza semakin menodai hati nurani kita. Tingkat kematian dan cedera pada anak-anak sungguh mencengangkan,” kata Khodr.

“Yang lebih menakutkan adalah kenyataan bahwa kecuali ketegangan mereda, dan kecuali bantuan kemanusiaan diperbolehkan, termasuk makanan, air, pasokan medis dan bahan bakar, jumlah korban jiwa setiap hari akan terus meningkat," ujarnya.

Tepi Barat juga menyaksikan peningkatan jumlah korban jiwa yang mengkhawatirkan. Laporan UNICEF menunjukan, hampir seratus warga Palestina dilaporkan kehilangan nyawa, termasuk 28 anak-anak, dan setidaknya 160 anak dilaporkan menderita luka-luka.

Bahkan sebelum 7 Oktober, anak-anak di Tepi Barat sudah bergulat dengan kekerasan terkait konflik tingkat tertinggi dalam dua dekade. Konflik ini mengakibatkan terbunuhnya 41 anak Palestina. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler