Ini Penyebab Harga Rumah Terus Naik

Rumah mahal sebab harga material ikut terkerek dan harga tanah juga tak pernah turun.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Suasana kawasan perumahan terlihat dari Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/10/2023).
Rep: Iit Septyaningsih Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga rumah di berbagai daerah di Tanah Air terus naik. Akibatnya, masih banyak masyarakat yang sulit memiliki rumah.

Baca Juga


Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, harga rumah memang sulit turun. Itu karena semua harga bahan untuk pembuatan rumah juga naik, dari mulai harga besi, semen, hingga tanah.

"Harga tanah ini tidak pernah ada turunnya. Apalagi di perkotaan yang mana lahan itu sempit dan terbatas," ujarnya dalam Webinar Pembangunan Perumahan untuk Rakyat yang digelar Republika bekerja sama dengan Bank BTN, Selasa (24/10/2023).

Kemudian seiring perkembangan kota, beberapa daerah tidak lagi menjadi pinggiran tapi menjadi tengah kota. Maka, dia melanjutkan, harga tanahnya dipastikan naik, karena walau suplai besar, permintaannya juga masih tinggi.

Sayangnya, kata dia, kemampuan membeli masyarakat masih sangat terbatas. Sementara, kecenderungan pengembang perumahan menahan harganya agar bisa mengejar keuntungan lebih banyak.

Jadi, menurutnya, untuk mengejar backlog atau permintaan kebutuhan perumahan agar seimbang, caranya bukan dengan menurunkan harga rumah. "Kalau turun disinsentif bagi pengembang, kalau harga turun mereka (pengembang) tidak mau lagi bangun perumahan. Itu bahaya untuk kita," ujar Piter.

Ia menambahkan, para pengembang memang membutuhkan keuntungan untuk mengembangkan perumahan baru. Maka, dia melanjutkan, yang harus dipacu, yaitu bagaimana mendorong permintaan perumahan, bagaimana backlog yang ada dapat dipenuhi.

"Butuh rumah lebih tinggi lagi dari jumlah backlog," katanya. Kemudian, ujar Piter, bisa juga dengan cara meningkatkan bantu ke masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar bisa mengakses kepemilikan rumah. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat Pembukaan Musyawarah Nasional Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) XVII 2023 di Jakarta mengatakan, ada backlog 12,71 juta unit rumah. Sementara laju pertumbuhan keluarga baru yang membutuhkan rumah berkisar 700 ribu sampai 800 ribu keluarga per tahun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler