Laporan PBB: Gaza Butuh Bantuan Miliaran Dolar AS

50 persen penduduk Gaza menganggur, dan lebih dari separuhnya hidup dalam kemiskinan.

EPA-EFE/Khaled Elfiqi
Relawan Mesir menangani bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza, di perbatasan Rafah, Mesir, Selasa (24/10/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Laporan PBB menyebutkan bahwa Gaza sudah membutuhkan bantuan internasional senilai miliaran dolar sebagai kompensasi atas blokade Israel selama bertahun-tahun sebelum perang Israel-Hamas pecah. Dalam laporannya mengenai perkembangan ekonomi wilayah pendudukan Palestina untuk tahun 2022 yang dirilis pada Rabu (25/10/2023), Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) mengatakan, Gaza telah mengalami pembatasan selama bertahun-tahun sebelum perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober.

Baca Juga


“Para donor dan komunitas internasional perlu memberikan bantuan ekonomi yang signifikan untuk memperbaiki kerusakan parah yang dialami Gaza akibat pembatasan dan penutupan yang berkepanjangan, serta seringnya operasi militer, yang telah menghambat perekonomian dan menghancurkan infrastruktur,” ujar laporan UNCTAD, dilansir Aljazirah.

“Meskipun bantuan donor penting untuk membantu masyarakat Gaza, bantuan tersebut tidak boleh dilihat sebagai pengganti untuk mengakhiri pembatasan dan penutupan dan menyerukan Israel dan semua pihak untuk memikul tanggung jawab mereka berdasarkan hukum internasional,” kata UNCTAD.

Direktur Divisi Globalisasi dan Strategi Pembangunan UNCTAD, Richard Kozul-Wright, mengatakan, sulit untuk memperkirakan berapa banyak bantuan yang dibutuhkan Gaza hingga perang berhenti. Dia memperkirakan jumlahnya mencapai miliaran dolar.

Di Gaza, produk domestik bruto berada 11,7 persen di bawah tingkat pada 2019 dan mendekati level terendah sejak 1994. Selain itu, terdapat penurunan bantuan antara 2008 dan 2022, dari 2 miliar dolar AS, atau 27 persen PDB, menjadi 500 juta dolar AS, atau kurang dari 3 persen PDB, pada tahun lalu.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa hampir 50 persen penduduk Gaza menganggur, dan lebih dari separuhnya hidup dalam kemiskinan. Meskipun pekerja di Gaza telah diizinkan mengakses pasar kerja di Israel, jumlah izin yang dikeluarkan hanya sekitar 1 persen dari pekerja yang dipekerjakan. Jumlah ini terlalu kecil untuk mengatasi kemiskinan.

“Penutupan perbatasan dan operasi militer yang berulang-ulang telah menggerakkan lingkaran setan keruntuhan ekonomi dan kelembagaan yang menjadikan Gaza mengalami pembangunan yang terbalik. Dampaknya tidak terbatas pada jangka pendek.  Dampak tidak langsung dan jangka panjang akan berdampak pada generasi mendatang,” ujar laporan UNCTAD.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler