Presiden Prancis: Operasi Darat Israel ke Gaza akan Jadi Sebuah Kesalahan

Operasi darat akan semakin menempatkan nyawa penduduk sipil dalam risiko tinggi

AP Photo/Erik Marmor
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, jika Israel memutuskan melancarkan serangan darat besar-besaran ke Jalur Gaza, hal itu akan menjadi sebuah kesalahan
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, jika Israel memutuskan melancarkan serangan darat besar-besaran ke Jalur Gaza, hal itu akan menjadi sebuah kesalahan. Dia menilai, operasi darat akan semakin menempatkan nyawa penduduk sipil dalam risiko, tanpa menjamin keamanan jangka panjang Israel.

“Intervensi besar-besaran yang akan membahayakan nyawa warga sipil adalah sebuah kesalahan,” kata Macron seusai bertemu Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Kairo, Rabu (25/10/2023).

“Hal ini (operasi darat Israel ke Gaza) juga merupakan kesalahan bagi Israel karena tidak mungkin memberikan perlindungan jangka panjang dan karena tidak sesuai dengan perlindungan penduduk sipil atau penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional serta aturan perang,” tambah Macron.

Israel sudah mewacanakan akan meluncurkan operasi pertempuran darat ke Jalur Gaza dalam rangka menumpas Hamas. Namun mereka masih menimbang keputusan tersebut. Hal itu mengingat Hamas diperkirakan masih menyandera lebih dari 200 orang yang terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sempat dikabarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menunda invasi darat ke Gaza. Namun Biden telah membantah kabar tersebut.

“Apa yang telah saya tunjukkan kepadanya adalah jika memungkinkan untuk mengeluarkan orang-orang ini (para sandera Hamas) dengan selamat, itulah yang harus dia lakukan. Itu keputusan mereka. Tapi saya tidak menuntutnya. Saya sampaikan kepadanya, jika itu nyata, itu harus dilakukan,” ujar Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu lalu.

Pemimpin dari beberapa negara telah menyuarakan kekhawatirannya bahwa konflik antara Hamas dan Israel dapat meluas. Raja Yordania Abdullah II mengatakan, perang Hamas-Israel yang kini sedang berlangsung dapat memicu “ledakan” bagi kawasan.

Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan berpendapat perang Israel dengan Hamas berpotensi meluas hingga ke luar Timur Tengah. Putin menyebut, jika kekerasan dan pertumpahan darah tidak dihentikan, eskalasi konflik berpotensi menimbulkan konsekuensi serius serta merusak. “Tidak hanya untuk kawasan Timur Tengah. Hal ini bisa meluas melampaui batas-batas Timur Tengah,” ucapnya.

Menurut Putin, ada kekuatan-kekuatan tertentu yang memang hendak memprovokasi eskalasi konflik lebih lanjut antara Hamas dan Israel, kemudian menarik sebanyak mungkin negara ke dalam perang tersebut. Tujuannya adalah meluncurkan gelombang kekacauan dan kebencian, tidak hanya di Timur Tengah, tapi juga ke kawasan-kawasan lain. “Untuk tujuan ini, antara lain, mereka mencoba mempermainkan perasaan nasional dan agama jutaan orang,” ujar Putin.

Sejak 7 Oktober 2023 lalu hingga saat ini, Israel membombardir Jalur Gaza dengan serangan udara. Agresi tersebut dilakukan setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi yang menyebabkan setidaknya 1.400 warga Israel tewas. Sejauh ini, kampanye serangan udara Israel ke Gaza telah membunuh sedikitnya 6.546 warga Palestina, termasuk di dalamnya 2.704 anak-anak. Sementara korban luka sekitar 17 ribu orang.

Lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi akibat serangan Israel. Situasi kemanusiaan memburuk karena pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut masih sangat terbatas. Israel pun belum mengizinkan bahan bakar memasuki Gaza. Rumah sakit-rumah sakit di sana terancam tak bisa lagi beroperasi jika bahan bakar tak lekas disuplai ke Gaza.

 

Baca Juga


 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler