Mengapa Lansia Kerap Buang Air Sembarangan? Dokter Ungkap Penyebabnya
Masalah buang air meningkat seiring dengan penambahan usia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Di Indonesia terdapat sekitar 18 juta jiwa lansia. Jumlah ini merupakan 7,8 persen dari total populasi penduduk. Sebanyak 25 persen lansia menderita penyakit degeneratif dan hidup tergantung pada orang lain. Salah satu dari penyakit ini adalah inkontinensia urin.
Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI, dr Kindy Aulia,SpU, menjelaskan inkontinensia urin (IU) merupakan kondisi hilangnya kendali kandungan kemih yang menyebabkan seseorang buang air kecil atau besar tanpa memperhitungkan ketepatan waktu dan tempat. Sebanyak 24,6 persen penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia memiliki riwayat penyakit kronis. Dari angka tersebut, sebanyak 15 sampai 20 persen lansia terkena inkontinensia urin.
"Jumlah pasien dengan kondisi medis kronis ini atau yang berada di panti jompo bisa mencapai 70 persen," ujarnya dalam peluncuran Parenty “Softness of Love”, di Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Menurutnya, prevalensi inkontinensia urin meningkat seiring dengan peningkatan usia. Walaupun inkontinensia urin bukan merupakan kondisi yang mengancam jiwa, penyakit ini dapat memengaruhi kualitas hidup karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan interpersonal dan seksual, kesehatan psikologis, dan juga interaksi sosial.
“Pasien lansia atau geriatri memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami inkontinensia urin dan berbagai masalah kesehatan (multipatologi) lainnya," ujarnya.
Dalam penanganan masalah ini perlu dilakukan pendekatan secara menyeluruh. Hal ini karena inkontinensia urin merupakan masalah yang dapat memengaruhi kondisi sosial, emosional, aktivitas serta kesehatan lansia.
"Oleh karena itu, dukungan dan peran dari keluarga serta orang terdekat sangat penting untuk membantu para geriatri dalam menerima dan menangani masalahnya," katanya.
Keluarga dapat berperan untuk mendorong para geriatri dalam mengubah pola hidup seperti penurunan berat badan, berhenti merokok dan mulai melakukan aktivitas fisik. Keluarga juga dapat membantu pasien dalam menjalani terapi perilaku seperti latihan kegel, melatih kandung kemih, hingga penjadwalan ke toilet.
Selain itu, anggota keluarga juga dapat membantu geriatri untuk menjaga kesehatannya, misalkan seperti menyediakan menu makanan yang sehat, menjaga kebersihan, atau mengingatkan mereka untuk konsumsi obat yang diperlukan sesuai jadwal dan dosisnya.
Public Relations Manager Parenty, Titi Nurmalasari mengatakan Parenty, sebagian jenama popok dewasa memahami bahwa di usia emas banyak faktor yang memengaruhi penurunan kualitas kesehatan, terutama dari kemampuan fisik. Oleh karena itu, orangtua memerlukan perawatan yang penuh cinta sama seperti bayi yang membutuhkan kasih sayang.