Cerita Stereocase di Balik Lagu "Save Me", Singgung Soal Empati dan Kesehatan Mental

Isu kesehatan mental yang diusung bisa terjadi kapan saja dan mengintai siapa saja.

Dok Stereocase
Grup Stereocase.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dibentuk sejak 2008, Stereocase telah mewarnai belantika musik Indonesia dengan lagu-lagunya yang punya karakter khas. Namun, band itu sempat hiatus pada 2019. Kini, Stereocase kembali berkarya di tahun 2023, menghadirkan lagu yang diberi judul "Save Me".

Baca Juga


Band yang beranggotakan Fadli Rezasyah (vokal), Iqif (kibor/drum/multiinstrumen), dan Richard Emanuel (gitar/bass) tersebut menggarap lagu "Save Me" sejak dunia masih menghadapi pandemi Covid-19. Bermula dari Fadli yang menggubah melodi awalnya saat bermain piano.

Fadli lantas meneruskan melodi awal itu kepada Iqif, yang mengembangkannya jadi komposisi lagu. Setelah itu, barulah Fadli menulis liriknya. Kemudian, bersama-sama dengan Richard, mereka mulai melakukan perekaman lagu hingga siap diperdengarkan ke publik.

Pada sesi media di Kios Ojo Keos, Jakarta, Kamis (26/10/2023), ketiganya mengeksplorasi proses kreatif penggarapan lagu "Save Me", berikut dengan video musiknya yang diarahkan sendiri oleh Fadli. Lagu menceritakan tentang seseorang yang mencari pertolongan untuk menyelamatkan dirinya di tengah kondisi mental yang tidak sedang baik-baik saja.

Ada makna mendalam dari lagu "Save Me", yang bakal termuat di album mini Stereocase, 2.3, bersama empat lagu lainnya yang semua berbahasa Inggris. "Single ini menampilkan rasa kerentanan dan kerapuhan, serta harapan untuk bisa bangkit dari kondisi terpuruk," ungkap Richard.

Lagu tersebut juga menjadi bukti komitmen dari Stereocase dalam menjaga keautentikan selama perjalanan penemuan jati diri. Sekaligus, tidak mengesampingkan ekspresi artistik serta pentingnya kepekaan rasa dan empati terhadap sesama.

"Kami ingin mengajak pendengar kami untuk terkoneksi lewat pengalaman pribadi mereka dalam pergulatan dengan masa lalu, pencarian penebusan, hingga pentingnya akan sosok yang dapat menemani di masa-masa gelap kehidupan tersebut," kata Iqif.

Saat ini tidak sedikit orang yang terbuka soal kondisi kesehatan mentalnya....

 

 

Iqif menyayangkan karena saat ini tidak sedikit orang yang terbuka soal kondisi kesehatan mentalnya, tapi malah tidak dianggap serius oleh sekelilingnya. Padahal, itu adalah hal yang nyata dan bukan candaan. "Save Me" mencoba menggambarkan betapa seriusnya hal itu, sekaligus menunjukkan bahwa tidak semua hal bisa dilalui seorang diri.

Meski digarap di era Covid-19, Fadli sang vokalis sebagai penulis lirik lagu mengatakan topik dalam tembang tersebut bukan hanya tentang hal yang dialami selama Covid-19. Isu kesehatan mental yang diusung bisa terjadi kapan saja dan mengintai siapa saja, tidak sebatas di masa pandemi.

"Banyak orang yang dari luar kelihatan happy tapi sebenarnya banyak masalah. Semakin dewasa, bertambah umur, semakin banyak dari kita merasakan hal-hal semacam itu. Lagu ini mengajak berempati kepada yang mungkin sedang merasakan hal sama," tutur Fadli.

Jika didengarkan dengan saksama, ada suara merdu vokalis perempuan yang terdengar di lagu "Save Me". Suara itu adalah vokal latar dari penyanyi Azizah Hanum. Menurut Stereocase, nuansa lagu dengan vokal latar dari penyanyi perempuan bakal mengingatkan pendengar pada karya-karya terdahulu band tersebut.

 

Itu menjadi semacam pengingat dan penjembatan untuk Stereocase yang kini mulai kembali berkarya. "Mengeluarkan sesuatu (karya musik) yang baru, tapi masih relate sama karya lama. Dari musiknya juga masih nyambung," ujar Fadli.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler