Toyota Prediksi Sepertiga Kendaraan di ASEAN Adalah Mobil Listrik

Singapura akan jadi negara penggunaan kendaraan listrik di atas rata-rata Asia.

EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Toyota.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- President & Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Yoshinki Konishi memprediksi mobil listrik akan mendominasi kendaraan di ASEAN (Asia Tenggara) hingga 30 persen.

Baca Juga


"Pada perencanaan jangka panjang, kami mengestimasi pada 2030, (penggunaan) kendaraan berbasis listrik akan mencapai dua puluh hingga 30 persen," kata dia pada diskusi media di Tokyo, Jepang, baru-baru ini.

Yoshinki menyebut meski rata-rata penggunaan kendaraan listrik akan mencapai presentase tersebut, beberapa negara akan memiliki jumlah yang lebih rendah, dan juga lebih tinggi.

Thailand diprediksi akan mencapai sekitar 20-25 persen. Sementara Singapura akan menjadi salah satu negara di Asia yang penggunaan kendaraan listriknya di atas rata-rata.

"Singapura adalah negara yang sangat kecil, tapi insfrastrukturnya sangat masif, selain harga listrik yang sangat murah, pemerintahnya memberi pajak yang amat berat bagi kendaraan nonlistrik," ujar Yoshinki.

Sementara untuk Malaysia, menurut Yoshinki, penggunaan mobil listrik bisa jadi lebih lambat dari negara Asia lain. Meski tidak secara spesifik menyebut Indonesia, kondisi kedua negara serumpun ini cukup mirip. Ia mengatakan, infrastruktur yang belum merata menjadi penyebab utama.

"Saya pikir Malaysia adalah negara target lain yang memiliki persentase mobil listrik yang baik. Jakarta juga memiliki cukup banyak mobil listrik. Jika melihat Kuala Lumpur (KL) dan daerah sekitarnya, infrastrukturnya bagus. Namun jika pergi ke luar KL, tiba-tiba Anda mendapat masalah, bukan?" imbuhnya.

"Saya rasa akan membutuhkan waktu untuk mendapatkannya, seiring dengan bertambahnya infrastruktur, direplikasi dan diperluas," Yoshinki menambahkan.

Yoshinki mengatakan, saat ini seluruh perusahaan otomotif dan para pemangku kepentingan dunia tengah terus berupaya untuk menekan harga kendaraan listrik, utamanya pada komponen baterai yang masih menjadi komponen termahal dari kendaraan ramah lingkungan tersebut.

Lokalisasi suku cadang kendaraan listrik dan insentif berkelanjutan dari pemerintah setempat juga memegang peran besar, untuk persoalan biaya. Infrastruktur penyediaan stasiun pengisian daya mobil listrik juga perlu terus dibangun.

Untuk itu, Yoshinki menyebut, strategi multi-pathway dari Toyota dilakukan untuk menjamah lebih banyak penggunaan kendaraan listrik, sehingga mencapai netralitas karbon di masa yang akan datang. Dengan pendekatan multi-pathway, Toyota menyajikan beragam pilihan teknologi ramah lingkungan yang bisa diberikan oleh masyarakat Indonesia. Mulai hybrid EV (HEV), plug-in hybrid EV (PHEV), battery electric vehicle (BEV), dan fuell cell electric vehicle.

"Strategi multi-pathway memberikan banyak opsi kendaraan ramah lingkungan untuk mempercepat penggunaannya, sehingga semua orang dapat berkontribusi untuk karbon netral," ujarnya.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler