Berkali-kali ke Israel, Ini yang Dilakukan Ketum PBNU
Kunjungannya ke Israel itu telah dilakukan sejak sebelum ia menjadi Ketum PBNU.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sudah beberapa kali melakukan kunjungan ke Israel. Kunjungannya ke Israel itu telah dilakukan Gus Yahya sejak sebelum menjadi ketua umum PBNU.
Lalu, apa saja yang dilakukan Gus Yahya ke negara yang dihuni umat Yahudi tersebut? Gus Yahya menyampaikan dirinya melakukan kunjungan ke Israel untuk menyelesaikan masalah secara komprehensif.
"Apa saja yang sudah saya pribadi lakukan terkait Israel ini? Saya memang sejak awal berpikir diperlukan enggagement yang komprehensif untuk merintis upaya-upaya menyelesaikan masalah, karena itu saya datang ke Israel," ujar Gus Yahya saat menjawab pertanyaan Republika.co.id dalam konferensi pers di Plaza PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (31/10/2023).
Dalam kunjungannya ke Israel, Gus Yahya mengaku telah bertemu dengan berbagai pihak dari kalangan Yahudi, bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, bahkan bertemu dengan presiden ke-10 Israel Reuven Rivlin. "Juga dengan presiden Israel waktu itu, Reuven Rivlin dan menyampaikan pikiran-pikiran tentang keharusan diwujudkannya perdamaian di sana," kata Gus Yahya.
Tidak hanya itu, Gus Yahya juga mengaku sudah bertemu dengan berbagai kalangan Yahudi-Israel sendiri yang memiliki aspirasi perdamaian yang kuat dan membangun gerakan di dalam Israel sendiri untuk memperjuangkan perdamaian.
"Ada beberapa lembaga di sana yang saya temui pada waktu itu," kata Gus Yahya.
Namun, menurut Gus Yahya...
Namun, menurut Gus Yahya, sampai saat ini pemerintah Israel memang masih belum mau mendengar untuk memenuhi aspirasi perdamaian yang disampaikannya tersebut. "Nah sejauh ini seperti yang kita lihat, pihak-pihak yang berwenang di Israel, pemerintah Israel ini masih belum mau mendengar dan belum mau bertindak untuk memenuhi aspirasi perdamaian ini," kata kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini.
Gus Yahya melihat kekuatan global juga masih belum mau berupaya menyelesaikan konflik Israel-Palestina. "Dan kita juga melihat berbagai kekuatan global yang ada juga masih belum mau sungguh-sungguh berupaya ke arah perdamaian yang nyata itu," ujar dia.
Gus Yahya menuturkan berbagai macam kebijakan yang diambil oleh berbagai pihak dari kekuatan global tersebut masih didasarkan atas kepentingan-kepentingan subjektif masing-masing. "Belum atas nama pertimbangan kepentingan bersama dari seluruh umat manusia bahwa perdamaian itu mutlak untuk keselamatan seluruhnya," ucap Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, upaya ke arah perdamaian itu bukan hanya untuk keselamatan manusia-manusia Palestina dan Israel saja, tapi demi keselamatan seluruh umat manusia. "Kita harus mengupayakan perdamaian ini dan sebetulnya kita ini sudah terlalu banyak menangis, kita sudah terlalu banyak marah, kita sudah banyak juga yang sudah putus asa kemudian nekat melakukan pertumpahan darah dari semua pihak," kata Gus Yahya.
Namun, lanjut dia, sampai sekarang belum ada satu pun upaya-upaya itu yang mencapai hasilya. Menurut Gus Yahya, hal itu karena umat manusia belum menyadari pentingnya persatuan.
"Saya kira persoalannya adalah karena umat manusia ini belum sepenuhnya menyadari keharusan mutlak untuk bersatu bersama-sama demi kepentingan bersama dan keharusan untuk menyingkirkan kepentingan-kepentingan subjektif dan bahkan nafsu supermasif yang masih ada di berbagai pihak," jelas Gus Yahya.
"Nah, kita masih harus menempuh mungkin yang panjang tapi jelas bahwa kita tidak boleh berputus asa. Apapun yang bisa kita lakukan harus kita lakukan," ujar dia.