Penjualan Merosot 10 Persen, Kematian iPad Sudah Dekat?

Perangkat iPad adalah pionir di pasar tablet.

The Verge
Penjualan iPad merosot 10 persen, menandai penurunan penjualan berturut-turut pada kuartal keempat.
Rep: Rahma Sulistya Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perangkat buatan Apple, iPad disebut-sebut sebagai 'perangkat revolusioner' ketika pertama kali diluncurkan pada 2010. Namun hasil keuangan terbaru dari Apple menunjukkan, bahwa ini bisa menjadi tanda berakhirnya iPad.

Baca Juga


Meskipun raksasa teknologi ini meraup laba kuartalan sebesar 23 miliar dollar AS atau Rp 358,7 triliun (meningkat 11 persen), hal ini sebagian besar dikarenakan meningkatnya penjualan iPhone, yang naik sebesar 2,8 persen.

Sebaliknya, penjualan iPad merosot 10 persen, menandai penurunan penjualan berturut-turut pada kuartal keempat. Jadi, apakah kematian iPad sudah dekat?

Pertama kali diluncurkan pada 2010, iPad adalah pionir di pasar tablet, yang digambarkan oleh salah satu pendiri Apple, Steve Jobs, sebagai perangkat ajaib dan revolusioner.

IPad bertujuan untuk mengisi kesenjangan antara smartphone dan laptop dengan menawarkan opsi portabel baru bagi konsumen.

IPad menjadi sangat populer pada tahun-tahun setelah peluncurannya, menghasilkan rekor pendapatan 32 miliar dollar AS atau Rp 499 triliun pada 2013 (sekitar seperempat dari total pendapatan global Apple).

Melansir Daily Mail, Senin (6/11/2023), Chief Growth Officer CI&T, Rebecca Crook mengatakan, iPad menciptakan namanya sebagai tablet yang dapat diakses oleh konsumen pada saat diluncurkan pertama kali.

Namun, hal tersebut adalah masa ketika smartphone belum secanggih sekarang. “Saat ini, smartphone memiliki layar yang jauh lebih besar dan dapat digunakan untuk konsumsi konten,” kata Crook.

Selain itu, iPad tidak mendukung banyak aplikasi, yang berarti pengguna masih memerlukan ponsel, dan aplikasi dalam iPad juga belum siap untuk menggantikan laptop.

Crook mengklaim bahwa iPad memerlukan perombakan total untuk memenangkan kembali konsumen. Lalu menjelaskan alasan mengapa konsumen membutuhkan iPad. “Saya memperkirakan penjualan pasar iPad akan terus menurun,” kata dia.

Jadi, mengapa sebenarnya konsumen memilih untuk tidak membeli iPad? Menurut Pendiri PP Foresight, Paolo Pescatore, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk musim. Kini, masyarakat lebih bergantung pada smartphone, lingkungan ekonomi makro yang menantang, dan krisis biaya hidup.

“Masyarakat sekarang lebih waspada terhadap pendapatan mereka dan memakai perangkat dalam waktu lebih lama, serta memberikannya kepada anggota keluarga lainnya,” ujar Pescatore.

Seperti yang telah terlihat pada banyak produk elektronik konsumen, harga iPad telah melonjak dalam 13 tahun sejak peluncurannya, khususnya di Inggris.

Misalnya, di Inggris, iPad Pro M2 12,9 inci berharga 1.249 pondsterling (Rp 24 juta) untuk model Wi-Fi dengan penyimpanan 128GB. Di AS, harganya 1.099 dollar AS (Rp 17 juta).

Sementara itu, iPad Pro M1 12,9 inci yang sekarang dihentikan produksinya juga berharga 1.099 dollar AS, sedangkan di Inggris dihargai 999 ponundsterling (Rp 19 juta).

Artinya bagi pembeli di Inggris, harga M2 mengalami peningkatan 250 poundsterling (Rp 4,8 juta) dibandingkan model M1.

Meskipun harga meningkat, CEO electronRx, Dr Bipin Patel mengatakan, iPad tidak menawarkan sesuatu yang baru dan menyebut Apple telah merasa berpuas diri.

“Apple telah mencapai kesuksesan luar biasa melalui inovasi teknologi. Mereka telah menghadirkan teknologi dengan faktor 'wow' yang hanya bisa diimpikan oleh pengguna ponsel dan tablet,” kata Dr Patel.

Menurut dia, penurunan penjualan iPad baru-baru ini mungkin disebabkan oleh penurunan inovasi. IPad tidak menawarkan hal baru kepada pengguna. “Apple sudah berpuas diri dan membiarkan pintu terbuka bagi produsen lain untuk memimpin inovasi produk dan teknologi,” ujar dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler