Israel Tangkap 12 Pasien Asal Gaza yang Sedang Dirawat di Rumah Sakit Yerusalem
Polisi Israel menginterogasi wakil direktur rumah sakit.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Saeb Ali al-Tanani menderita tumor di kakinya. Awal bulan November, dia bersama neneknya Suhaila saat berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit Makassed di Yerusalem Timur yang diduduki.
“Dia harus melakukan tes genetik dan darah, jadi dia akan berada di sini sebentar. Hati kami hancur atas apa yang keluarga kami alami di Gaza," kata Suhaila mengenang keluarga mereka di Gaza.
Saeb juga merasakan kekhawatiran neneknya. “Kami mengkhawatirkan keluarga kami.Aku ingin kembali ke rumahku," katanya.
Sehari kemudian, rasa takut datang menghantui rumah sakit itu. Pada 2 November 2023, pasukan Israel menangkap Suhaila. Dia adalah salah satu dari 12 warga Palestina yang ditahan yang menerima perawatan di Rumah Sakit Makassed di wilayah pendudukan Yerusalem Timur atau bertindak sebagai pendamping medis bagi pasien.
Menurut pernyataan polisi Israel yang dikutip Aljazirah, warga Palestina tersebut dirawat secara ilegal di rumah sakit tersebut. Izin medis yang dikeluarkan oleh militer Israel telah habis masa berlakunya.
“Dalam operasi gabungan yang dilakukan oleh Polisi Distrik Yerusalem dan tentara penjaga keamanan Yerusalem, 12 tersangka perempuan dan laki-laki yang tinggal secara ilegal di Israel diidentifikasi dan ditangkap,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Kepolisian Israel menyatakan...
Kepolisian Israel menyatakan, wakil direktur rumah sakit juga dipanggil untuk diinterogasi. “Dari jumlah tersebut, 11 warga Jalur Gaza diduga tetap dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu terakhir karena melanggar hukum, dan tersangka lainnya adalah warga Palestina yang tinggal di Israel secara ilegal," kata pernyataan itu.
Sebanyak empat laki-laki dan tujuh perempuan dari Gaza ditangkap. Menurut keterangan petugas rumah sakit di Makassed Samira Aweina mengatakan, puluhan polisi dan tentara Israel menggerebek rumah sakit tersebut pada 2 November. “Mereka semua masuk sekaligus, dan langsung menutup pintu masuk lainnya,” katanya.
“Mereka menangkap sekelompok perempuan lanjut usia dari ruang gawat darurat bersama anak-anak kecil yang bersama mereka. Mereka menangkap salah satu ayah pasien kami, dan nenek pasien lainnya," ujar Aweina.
Kepala Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan untuk Otoritas Palestina (PA) Qaddoura Fares mengatakan, PA tidak memiliki informasi apa pun tentang mereka yang ditangkap. “Otoritas pendudukan tidak memberi kami atau Palang Merah rincian apa pun tentang para tahanan dari Gaza. Kami bahkan tidak tahu di mana mereka ditahan atau siapa nama mereka," katanya.
Israel biasanya memberikan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) nama-nama warga Palestina yang ditangkap. Palang Merah kemudian memberi tahu PA. Peran ICRC biasanya mencakup mengunjungi tahanan dan memulihkan kontak antar anggota keluarga.
Tapi kali ini berbeda. Mereka yang ditangkap tanpa ada pemeritahuan selanjutnya dan dibuat kebingungan, pasien lain dan kerabat yang mendampinginya mengatakan, mereka terjebak dalam ketidakpastian, tidak bisa pulang, dan terpaksa tinggal di rumah sakit.
Pasien lainnya...
Pasien lainnya, Mahdiya al-Shanti, juga telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari sebulan. “Saya seharusnya pulang menjelang akhir Oktober, tapi sekarang saya tidak bisa pulang karena perang,” kata perempuan berusia 20 tahun dari Gaza utara itu.
“Sulit untuk mengetahui bagaimana keadaan keluarga saya sepanjang waktu karena internet terputus dan terkadang mereka tidak dapat mengisi daya ponsel mereka. Mereka melarikan diri ke utara menuju Khan Younis, tetapi karena tidak ada tempat yang aman di Gaza, mereka seperti berpindah dari satu zona bahaya ke zona bahaya lainnya," ujar Mahdiya.
Ayah Mahdiya menemaninya sebagai pendamping medis. Dia juga termasuk di antara mereka yang ditangkap oleh pasukan Israel pada awal bulan ini.
Menurut Mahdiya, bahwa pasukan menyerbu rumah sakit dan menerobos masuk ke kamar pasien dan kamar tempat para pendamping medis menginap. “Mereka bilang mereka sedang mencari seseorang dari Gaza,” katanya.
Mahdiya segera mengirim pesan kepada ayahnya yang berada di salah satu ruangan itu bahwaada pasukan Israel di sekitar. Namun peringatan itu sudah terlambat.
“Saya tidak tahu kemana mereka membawanya. Bagaimana mereka bisa melakukan ini di rumah sakit? Sekarang aku sendirian dan muak karena khawatir. Keluarga saya ada di Gaza, ayah saya hilang, dan saya seorang pasien di sini sendirian," kata Mahdiya.