Dunia Arab Gencar Boikot Produk Pro Israel, Perusahaan Lokal Kebanjiran Lamaran Kerja
Perusahaan lokal banyak menerima lamaran pekerjaan setelah boikot pro Israel merebak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye boikot terhadap perusahaan-perusahaan Barat dan produk-produk yang mendukung Israel sedang melanda dunia, termasuk di wilayah Arab. Kampanye ini gencar diluncurkan di media sosial sebagai bentuk protes atas kebrutalan Israel terhadap warga Palestina.
Di sebuah toko di Bahrain, misalnya, Jana yang berusia 14 tahun membawa tablet saat berbelanja bersama ibunya, sehingga dia dapat merujuk pada daftar produk Barat agar tidak membelinya saat serangan Israel di Gaza terus berlanjut.
Jana dan adik laki-lakinya yang berusia sepuluh tahun, Ali, makan di McDonald's secara teratur sebelum serangan di Gaza, namun mereka telah bergabung dengan banyak orang di Timur Tengah dalam kampanye untuk memboikot produk-produk internasional dan perusahaan-perusahaan besar yang mendukung atau mengambil keuntungan dari Israel.
"Kami mulai memboikot semua produk yang mendukung Israel karena solidaritas dengan Palestina. Kami tidak ingin uang kami berkontribusi terhadap lebih banyak pertumpahan darah," ujar Jana seperti dilansir dari Middle East Monitor pada Rabu (8/11/2023).
Kampanye boikot juga disertai dengan seruan kepada negara-negara Arab untuk memutuskan hubungan dengan Israel. Beberapa negara di Timur Tengah tak henti bergiliran demonstrasi mingguan sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat di Gaza.
Turkiye dan Yordania telah memanggil kembali duta besar mereka di Tel Aviv, sementara Afrika Selatan memanggil diplomatnya untuk berkonsultasi. Kolombia, Chile dan Bolivia semuanya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan negara pendudukan tersebut.
DPR Bahrain menyampaikan negaranya yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020 pun telah menghentikan memutus kembali hubungan ekonomi dengan Israel. Seruan untuk melakukan boikot yang dilakukan oleh generasi muda yang paham teknologi telah menyebar.
Diluncurkannya situs web dan aplikasi yang mencantumkan produk yang akan diboikot, serta ekstensi Google Chrome yang disebut PalestinePact, yang menyembunyikan iklan untuk produk yang ada dalam daftar boikot.
Metode tradisional juga digunakan, dengan papan reklame yang terlihat di Kuwait dengan gambar anak-anak berlumuran darah. Foto-foto tersebut disertai dengan kalimat mengejutkan, “Apakah Anda membunuh seorang warga Palestina hari ini?” di samping tagar #boycotters.
Pesan tersebut ditujukan kepada konsumen yang belum mengikuti kampanye boikot. Mishari Al-Ibrahim adalah anggota Gerakan Boikot Entitas Zionis di Kuwait mengatakan reaksi Barat setelah kekerasan terhadap Gaza memperkuat penyebaran boikot di Kuwait.
Jaringan restoran McDonald's jadi target utama ...
Jaringan restoran McDonald's telah menjadi target utama. Bulan lalu, McDonald's cabang Israel mengumumkan telah memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel, yang memicu kemarahan masyarakat Arab dan memicu seruan boikot. Penjualan perusahaan di seluruh dunia Arab terkena dampak buruk.
Di Qatar, beberapa perusahaan Barat terpaksa tutup setelah manajemen mereka mempublikasikan konten pro-Israel di media sosial. Cabang kafe Amerika Pura Vida Miami dan toko kue Prancis Maitre Choux menutup pintunya di Doha bulan lalu.
Di Mesir, perusahaan minuman berkarbonasi Mesir Spiro Spathis, yang sebelumnya tidak begitu populer, kini menjadi sangat populer sebagai alternatif pengganti Pepsi dan Coca-Cola. Marak adanya seruan untuk memboikot keduanya.
Perusahaan yang didirikan pada 1920 ini menerbitkan pernyataan di halaman Facebook-nya yang menyatakan mereka telah menerima lebih dari 15 ribu CV ketika mengumumkan mereka mempekerjakan staf tambahan untuk memperluas aktivitasnya mengingat tingginya permintaan akan produk-produknya.
Di Yordania, postingan tersebar di media sosial yang merujuk pada merek-merek yang mendukung Israel dengan slogan "Jangan berkontribusi pada harga peluru mereka".
Di sebuah toko di ibu kota, Amman, Abu Abdullah melihat dengan cermat sebotol susu, dan berkata kepada putranya yang berusia empat tahun, Abdullah, “Ini bagus, ini dari Tunisia. Setidaknya ini yang bisa kami lakukan untuk saudara-saudara kami di Gaza. Kita harus memboikot," katanya.