Bukan Hamas, Israel yang Terbukti Gunakan Warga Palestina Sebagai Perisai Manusia

Pasukan Israel kedapatan menjadikan warga sipil Palestina sebagai perisai manusia

AP Photo/Erik Marmor
Tentara Israel berada di sebelah tank dekat perbatasan Israel Gaza, Israel, Rabu, (11/10/2023).
Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel tertangkap kamera menggunakan warga Palestina sebagai perisai manusia. Peristiwa itu terjadi saat konfrontasi di wilayah Kamp Pengungsi Al-Arroub di Tepi Barat.

Tampak seorang warga Palestina yang dipaksa berlutut di tengah jalan. Matanya ditutup kain. Di belakangnya, terlihat dua tentara Israel yang menodongkan senjata.

Baca Juga




Dengan adanya video tersebut memperlihatkan bahwa Israel yang menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia, bukan Hamas seperti yang selama ini dituduhkan dan menjadi pembenaran pengeboman yang terus-menerus dilakukan. Tuduhan ini pun sering diulangi oleh para pemimpin Barat dan digaungkan oleh banyak media arus utama.

Gambaran tersebut juga menjadi tamparan bagi The Washington Post yang sembat membuat kartun yang menggambarkan bahwa Hamas menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai perisai manusia.

Kartun tersebut memicu kontroversi dan memicu kemarahan atas penggambaran “rasialis” dan “orientalis” terhadap orang Arab dan Palestina. Gambar ini berjudul Perisai Manusia yang menunjukan seorang pria dalam setelan jas berwarna gelap bergaris, dengan tulisan Hamas dalam huruf putih tebal terpampang di atasnya.

Alis pria itu melengkung, hidungnya besar sekali. Dia memiliki empat anak yang diikatkan di tubuhnya, termasuk seorang bayi yang diposisikan di kepalanya. Seorang perempuan yang digambarkan berkerudung dan patuh meringkuk di belakangnya.

Pria itu mengangkat jarinya dan awan pikiran di atasnya berbunyi: “Beraninya Israel menyerang warga sipil…”. Menurut kartun yang diterbitkan pada 6 November, dia adalah anggota Hamas.

Di samping pria, wanita dan anak-anak, yang diapit oleh bendera Palestina, terdapat sebagian potret Dome of the Rock di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan di bawahnya terdapat lampu minyak.

Judul serta penggambaran anak-anak dan seorang perempuan yang terikat padanya, tampaknya merujuk pada tuduhan Israel bahwa Hamas menggunakan perisai manusia. Tuduhan ini pun sering diulangi oleh para pemimpin Barat dan digaungkan oleh banyak media arus utama.



Kartun itu diterbitkan ketika lebih dari 10 ribu warga Palestina di Jalur Gaza, termasuk 4.000 anak-anak, terbunuh dalam serangan militer Israel sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Dua hari setelah publikasi, kemarahan di media sosial dan situs Washington Post semakin meningkat.

Perwakilan Washington Post mengatakan Rabu (8/10/2023) malam, telah menghapus gambar tersebut setelah dikritik karena bersifat rasis dan tidak manusiawi terhadap warga Palestina. Seorang pengguna media sosial X menyebut gambar tersebut sangat keji, fanatik, dan tidak manusiawi.

Sedangkan pengguna lain mengatakan, dehumanisasi ini mengingatkan pada kartun anti-Semit yang menggambarkan orang Yahudi secara negatif. “Saya tidak bisa melupakan bagaimana ini terlihat persis seperti karakter antisemit tradisional, hanya dengan beberapa fitur yang dimodifikasi”, tulis seorang pengguna.

“Persis seperti inilah cara mereka menggambarkan orang Yahudi di surat kabar Eropa pada 1930-an," ujar warganet.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler