Penjelasan Israel Soal Jumlah Korban Tewas
Israel bersikap biadab terhadap Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintah Israel telah merevisi jumlah korban tewas akibat serangan dan operasi infiltrasi Hamas awal bulan lalu dari 1.400 jiwa menjadi 1.200 jiwa. Tel Aviv mengatakan, penurunan angka korban terjadi karena setelah proses identifikasi, terdapat jenazah-jenazah yang ternyata merupakan anggota Hamas.
“Ini angka (korban jiwa) yang diperbarui. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ada banyak jasad yang tidak teridentifikasi dan sekarang kami mengira jasad-jasad itu milik teroris, bukan korban Israel,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat, Jumat (10/11/2023), dikutip laman Al Arabiya.
Sebelumnya Israel menyatakan, terdapat sedikitnya 1.400 orang yang tewas dalam serangan dan operasi infiltrasi Israel ke negara tersebut pada 7 Oktober 2023 lalu. Sebagian besar korban disebut merupakan warga sipil. Pasca serangan itu, Israel mulai membombardir Jalur Gaza. Agresi ke Gaza masih berlangsung hingga saat ini.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengungkapkan, hingga Jumat kemarin, jumlah warga yang terbunuh akibat serangan Israel telah menembus 11.078 jiwa. “Para korban (meninggal) termasuk 4.506 anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara 27.490 orang terluka,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza Ashraf al-Qudra pada konferensi pers Jumat lalu, dikutip Anadolu Agency.
Dia menambahkan, sebanyak 2.700 orang, termasuk 1.500 anak-anak, juga dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang rata akibat serangan Israel. “Agresi Israel juga telah menyebabkan 198 petugas medis tewas dan 53 ambulans hancur,” ujar Al-Qudra.
Penanganan para korban luka di Gaza kian sulit dilakukan karena dalam serangannya Israel terus membidik fasilitas-fasilitas kesehatan. “Israel menargetkan 135 institusi kesehatan dan membuat 21 rumah sakit serta 47 pusat kesehatan primer tidak dapat beroperasi,” ucap Al-Qudra.
Sementara itu Rumah Sakit (RS) Indonesia yang berada di Bait Lahiya, Jalur Gaza, dilaporkan telah mengalami pemadaman listrik total di semua fasilitasnya. Hal itu karena tak ada lagi stok bahan bakar yang dapat digunakan untuk kebutuhan operasional RS. “RS Indonesia di Gaza malam ini mengumumkan pemadaman listrik total di semua fasilitas RS setelah kehabisan bahan bakar.
Pihak administrasi rumah sakit telah memperingatkan beberapa hari yang lalu tentang pemadaman total di semua bangsal rumah sakit dan peralatan medis, karena tidak ada cadangan bahan bakar yang tersisa,” kata kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya, Jumat lalu.
Republika telah menghubungi Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad untuk mengonfirmasi kabar tersebut, tapi belum diperoleh balasan. Sejak memulai agresinya pada 7 Oktober lalu, Israel memang tak mengizinkan masuknya pasokan bahan bakar ke Gaza.