6 Propaganda Israel untuk Membenarkan Kejahatan Terhadap Rakyat Palestina

Ada sejumlah propaganda Israel untuk menjadikan dirinya seolah sebagai korban.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina membawa korban serangan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah propaganda Israel untuk menjadikan dirinya seolah sebagai korban dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Profesor Studi Iran dan Sastra Komparatif di Universitas Columbia di Kota New York, AS Hamid Dabashi menjelaskan setidaknya ada enam hal yang menjadi propaganda Israel.

Pertama, propaganda bahwa situasi di Palestina adalah krisis kemanusiaan. Padahal menurut Dabashi, masalahnya bukan pada itu. Dia mengatakan, apa yang dilakukan rakyat Palestina adalah gerakan pembebasan nasional dan akan tetap seperti itu bahkan jika Israel, Amerika dan Eropa terus berkonspirasi untuk memecah dan membongkarnya menjadi lebih banyak kamp pengungsi.

"Rakyat Palestina tidak akan melebur ke dalam krisis kemanusiaan. Israel dan AS mungkin akan memaksa mereka masuk ke Mesir, sebagaimana telah memaksa mereka masuk ke Lebanon, Suriah, Yordania, atau sejumlah negara tetangga lainnya. Tapi mereka tidak akan menghilang begitu saja. Mereka akan mendapatkan kembali dan kembali ke tanah air mereka," jelas Dabashi melalui tulisan kolomnya di Middle East Eye, Senin (13/11/2023).

Baca Juga


BACA JUGA: Doa Qunut Nazilah untuk Warga Palestina yang Berada dalam Peperangan

Kedua, propaganda bahwa BBC dan New York Times adalah contoh terbaik jurnalisme objektif. Padahal tidak demikian menurut Dabashi. Keduanya sangat terkompromikan dan mendiskreditkan mesin propaganda yang melayani proyek penjajahan Israel.

Dabashi menilai dua media tersebut memutarbalikkan setiap berita yang muncul dari Palestina untuk kepentingan Israel. Untungnya, dunia tidak lagi bergantung pada belas kasihan dua kelompok media itu.

"Fakta-fakta yang mencolok dan analisis yang unggul dari para pembuat opini global jauh lebih efektif dibandingkan kolumnis New York Times dan reporter BBC yang berkompromi," ujarnya.

Ketiga, propaganda bahwa pejuang Palestina bersembunyi di antara penduduk sipil. Ini adalah bentuk kepalsuan lain yang dibuat Israel. Menurut Dabashi, Hamas dan pejuang perlawanan Palestina lainnya berakar kuat di hati dan pikiran serta aspirasi rakyat Palestina.

Hamas tidak jatuh dari langit...

"Hamas tidak jatuh dari langit. Hamas dan gerakan perlawanan Palestina lainnya tidak bersembunyi di tengah masyarakat. Mereka muncul dari populasi itu. Mereka adalah putra-putrinya, suami-istri, anak-cucunya," katanya.

Dabashi menyebutkan asumsi mereka bersembunyi di antara warga sipil adalah pernyataan rasis yang dibuat oleh mereka yang percaya  warga Palestina bukanlah manusia. Israel menghadapi tekad baja sebuah negara, bukan kumpulan organisasi gerilya yang terisolasi.

Keempat, jumlah korban di pihak Palestina terlalu dilebih-lebihkan dan tidak dapat dipercaya. Ini adalah poin propaganda New York Times dan Washington Post yang menurut Dabashi ditujukan bagi orang Amerika dan BBC untuk orang Eropa. Ini membentuk frase kementerian kesehatan Gaza yang dikendalikan Hamas.

"Seolah-olah perincian korban di Israel diverifikasi secara independen oleh Pengadilan Kriminal Internasional. Ketika New York Times atau BBC menyebutkan 'kementerian kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas', kita membaca kembali ungkapan tersebut: media pro-Israel yang bias mendiskreditkan penderitaan warga Palestina karena mereka adalah pendukung supremasi kulit putih rasis dari koloni pemukim Eropa." jelas Dabashi.

Kelima, kaum zionis reaksioner yang menulis untuk New York Times kini memperingatkan para pembacanya tentang 'munculnya jalan Arab di Barat'. Mereka berargumentasi protes-protes atas kejahatan Israel di Palestina, yang baru-baru ini terjadi di ibu kota Eropa, bukan merupakan perpanjangan dari radikalisme progresivisme.

Mereka menganggap itu merupakan ekspresi langsung dari solidaritas etnis dan agama terhadap Palestina yang dilakukan oleh para imigran Timur Tengah dan keturunan mereka.

Padahal, Dabashi menyampaikan, meski ada pernyataan rasis bahwa hanya imigran Timur Tengah yang melakukan protes, jutaan orang yang bersolidaritas dengan Palestina bukanlah 'Jalan Arab'. Apa yang digaungkan kaum zionis merupakan upaya xenofobia rasis untuk mencap dan mengasingkan fakta baru mengenai kewarganegaraan di AS dan Eropa.

Dabashi menekankan jutaan orang...

Dabashi menekankan jutaan orang yang melakukan protes terhadap Israel dan solidaritas dengan Palestina bukanlah “Jalan Arab”. Para demonstran yang berani ini adalah orang Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Italia dan lain-lain, dan mereka berada di sana untuk tidak membiarkan genosida atas nama mereka. Dan mereka tidak hanya ada di jalanan.

"Mereka berada di kampus-kampus universitas, di firma-firma hukum, pusat-pusat penelitian dan beasiswa, di pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel, dan tentu saja, bertugas di dewan redaksi dan administrasi universitas," katanya.

Keenam, propaganda di New York Times memperingatkan pembacanya tentang 'radikalisasi progresivisme'. Di sini mereka menulis, "Sejauh mana retorika 'dekolonisasi' ternyata meluas secara alami dari proyek budaya dan psikologis hingga dukungan literal untuk perjuangan bersenjata dan permintaan maaf diam-diam atas teror antisemit masih terasa seperti sebuah pengungkapan yang penting."

Bagi Dabashi, itu adalah pembacaan situasi yang salah dan berbahaya. Israel adalah instalasi militer supremasi kulit putih yang bermaksud menelan seluruh Palestina yang pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri. Dunia sedang bangkit dan akan membongkar aparat rasis, xenofobia, dan, yang paling penting, teror Islamofobia yang dilegitimasi oleh para pakar sayap kanan Amerika yang menulis untuk New York Times.

"Israel adalah proyek kolonial Eropa yang bangkrut dan hanya dapat dipertahankan dengan bantuan militer besar-besaran dari AS dan sistem tuduhan antisemitisme palsu untuk membungkam orang-orang yang membeberkan Israel apa adanya," jelas Dabashi.

Dia juga menyampaikan, tontonan genosida terbaru yang mereka pertontonkan sejak 8 Oktober agar dapat disaksikan oleh seluruh dunia lebih dari sebelumnya membuktikan bahwa sebagai ideologi penaklukan dan dominasi Eropa yang salah, Zionisme adalah sebuah kegagalan yang tidak dapat dielakkan.

"Dibiarkan bergerak seperti zombi oleh kerajaan disfungsional yang sakit yaitu negara-negara Eropa," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler