Unit Bayangan Hamas, Senjata Rahasia untuk Pembebasan Tahanan Palestina di Israel
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, memiliki unit bayangan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, memiliki unit bayangan yang dibentuk pada 15 tahun lalu. Namun pengumuman keberadaannya baru dilakukan 10 tahun kemudian setelah didirikan.
Tidak banyak informasi tentang unit tentara tersebut, yang sengaja dirahasiakan karena sensitivitas misi pembentukan. Hal ini untuk mengamankan tahanan Israel di Gaza dan menjaga mereka di tempat rahasia, untuk menjamin keberhasilan operasi pertukaran tahanan.
Unit Bayangan itu didirikan pada tahun 2006, setelah Brigade Al-Qassam bersama Komite Perlawanan Rakyat dan Tentara Islam, berhasil menculik Gilad Shalit pada bulan Juni 2006. Sejumlah anggota Brigade Al Qassam pun dipercaya untuk menjaga dan mengamankan Gilad Shalit di tempat rahasia.
Unit tersebut menjalankan misinya dengan cemerlang. Israel gagal menemukan Shalit selama bertahun-tahun karena disembunyikan Unit Bayangan Brigade Al Qassam, yang merupakan sayap militer Hamas. Israel gagal menemukan Gilad Shalit meski telah melancarkan lebih dari satu agresi terhadap Jalur Gaza.
Unit Bayangan Hamas itu mampu menyembunyikan Shalit dari pandangan Mossad selama sekitar 5 tahun, sampai Israel dipaksa untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran tahanan. Dengan cara inilah Israel membebaskan 1.050 tahanan pria dan wanita Palestina di Israel dengan imbalan pembebasan Shalit.
Unit Bayangan ini tetap dirahasiakan hingga awal tahun 2016, ketika Brigade Al-Qassam mengungkapkannya melalui film dokumenter khusus yang ditayangkan oleh Saluran Satelit Al-Aqsa. Film ini menunjukkan bahwa penculikan Shalit adalah operasi keamanan paling rumit yang pernah dilakukan dalam sejarah konflik Palestina Israel, dan unit bayangan berkontribusi langsung terhadap konflik tersebut.
Juru Bicara Brigade Al Qassam itu, Abu Ubaida, mengatakan unit ini adalah salah satu unit misi khusus di Brigade Al-Qassam. Unit Bayangan tersebut dibentuk untuk pertimbangan operasional dalam rangka misi melanggar pembatasan. Unit ini, bersama perwira dan prajuritnya, bagaikan mata rantai yang hilang, dan misinya adalah untuk tetap selalu seperti itu.
Mengenai kriteria anggotanya, Abu Ubaida menjelaskan, anggota Unit Bayangan dipilih dari semua brigade dan formasi tempur di Al-Qassam berdasarkan kriteria tertentu. Mereka menjalani berbagai tes langsung dan tidak langsung sebelum diseleksi. Kemudian menerima pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan keamanan dan militer.
Sejak tahun 2014, unit tersebut diberi tugas untuk menahan empat tahanan Israel, termasuk dua tentara yang ditangkap oleh Brigade Al-Qassam setelah mereka melancarkan pertempuran “Devouring Storm”, sebagai respons terhadap perang ketiga Israel di Gaza.
Unit Bayangan adalah senjata Brigade Qassam untuk membebaskan tahanan Palestina dari penjara Israel. Unit tersebut ibarat lembaran yang memiliki tempat khusus bagi Brigade Al Qassam, yang memprioritaskan pembebasan orang-orang Palestina yang ditahan di Israel.
Berbeda dengan Israel, Unit Bayangan memperlakukan tahanan Israel dengan bermartabat dan hormat sesuai ketentuan Islam. Anggota Unit Bayangan menjaga dan merawat mereka baik secara materi maupun moral, sambil mempertimbangkan perlakuan Israel terhadap tahanan Palestina.
Dengan dimulainya Operasi Badai Al Aqsa pada 7 Oktober 2023, muncul pembicaraan baru tentang Unit Bayangan. Unit ini memang memainkan peran penting mengingat Brigade Qassam menahan antara 200 dan 250 tahanan Israel. Ratusan tahanan itu dipindahkan ke tempat yang aman dan rahasia di bawah pengawasan unit bayangan.
Beberapa kontak terjadi mengenai masalah tahanan, seperti yang diumumkan Al-Qassam melalui Abu Ubaida, yang mengatakan, "Ada peluang untuk mencapai kesepakatan, namun musuh terhenti dan tidak menunjukkan keseriusan nyata untuk mengakhiri penderitaan para tahanannya."
Dalam pidatonya pada hari ke-22 agresi Israel di Gaza, Abu Ubaida mengungkapkan, pengeboman biadab Israel menyebabkan kematian 50 tahanan. "Banyaknya jumlah tahanan musuh yang kita miliki adalah harga dari upaya menutupi kesalahan mereka sepenuhnya. Penjara Zionis bagi semua tahanan," kata Abu Ubaida.
Unit tersebut memperlakukan tahanan pendudukan Israel dengan baik. Hal ini ditunjukkan lebih dari satu kali. Terutama ketika Brigade Al-Qassam membebaskan pada 4 Oktober 2023 seorang pemukim Israel bernama Yochved Lifshitz, yang muncul pada saat pembebasannya sambil berjabat tangan dengan salah satu tentara Unit Bayangan.
Perlakuan itu memicu banyak reaksi internasional, dan menjadi berita utama media selama berhari-hari. Terutama ketika Lifshitz berkata, "Hamas memperlakukan kami dengan baik dan memenuhi semua kebutuhan kami, dan saya menjalani pemeriksaan medis selama penahanan."
"Kami memakan makanan yang mereka makan. Mereka meyakinkan saya bahwa mereka adalah Muslim, dan mereka tidak akan menyakiti kami. Ada seorang perawat yang merawat yang terluka, dan seorang dokter datang setiap dua hari untuk memeriksa para tahanan," kata Lifshitz.
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menerbitkan klip video tahanan wanita lainnya di Gaza, yang berbicara bahasa Ibrani. Menurut keterangan yang menyertai klip video tersebut, perempuan itu bernama Mia Shem, yang ditangkap pada hari pertama serangan yang dilancarkan Brigade Qassam di Jalur Gaza.
Shem adalah perempuan keturunan Perancis-Israel berusia 21 tahun. Dia ditahan dan menyerukan pembebasannya, serta menekankan bahwa ia diperlakukan dengan baik dan telah menjalani operasi.
Video Shem diawali dengan video lain yang beredar di media sosial, mengenai Al-Qassam yang melepaskan seorang ibu Israel dan kedua anaknya yang menjadi sandera. Sang ibu muncul dalam video dengan mengenakan pakaian berwarna biru, sementara sejumlah pria bersenjata terlihat berjalan menjauhinya.
Di tengah perang yang sedang berlangsung, Unit Bayangan ingin merawat para tahanan Israel dan menyediakan kebutuhan mereka secara rahasia, tanpa mengungkapkan identitas. Namun faktanya, unit tersebut kehilangan lima anggotanya selama serangan Israel terpisah sejak tahun 2008.
Sampai hari ini, tidak ada seorang pun yang mengetahui tugas yang diberikan kepada mereka sampai Brigade Al-Qassam mengungkapkan tugas tersebut atas perintah Panglima Tertingginya, Muhammad Al-Deif. Saat itu Al Deif menyebutkan, ada Unit Bayangna yang terkait erat dengan operasi penyembunyian Gilad Shalit selama 5 tahun.
Sumber: