Bekas Sujud Tanda Mukmin di Akhirat, Alasan Mengapa Umar Bin Abdul Aziz tak Pakai Sajadah?
Mukmin dikenali kelak di akhirat adalah tanda sujud dan wudhu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dalam berbagai kitab tafsir isyari dan kitab-kitab tasawuf dijelaskan bahwa bekas sujud (atsar sujud), tidak dipisahkan dengan kata sebelumnya (simahum fi wujuhihim min...). Kata simahum berarti tanda-tanda yang muncul dan memberikan kekuatan atau energi.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.”
Dalam tafsir Mafatih al-Gaib dijelaskan, energi itu akan mengeluarkan cahaya yang akan menerangi diri yang bersangkutan di dalam alam kegelapan menuju Padang Mahsyar.
Para malaikat tidak repot mengidentifikasi hamba Tuhan yang baik dan buruk melalui tanda itu. Dalam tafsir Al-Mizan, karya Thaba'taba'I, menjelaskan bahwa pancaran cahaya dan energi yang membekas pada diri orang yang sujudnya benar, bukan hanya memancar di hari akhirat, tetapi sejak di dunia.
Vibrasi positif yang memancar di dalam wajah ahl al-shalat mampu memancarkan energi positif sekaligus menyedot perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Secara tegas, Thaba'taba'i menjelaskan bahwa kekuatan atsar sujud mampu mengajak orang yang bersangkutan untuk istiqamah di dalam kebenaran dan akan semakin dekat dengan Tuhannya.
Ketika penulis menghadiri Seminar Internasional Tafsir Al-Mizan di Quom tgl 4-5 November yang lalu, salah seorang muridnya menjelaskan, adanya "kekhususan" 'Allamah Thaba'thaba'i di dalam menyusun Tafsir itu.
Baca juga: Mengapa Malaikat Jibril Disebut Ruh Kudus dalam Alquran?
Di antaranya ia mampu memperoleh insight atau inspirasi dari alam sekitarnya, termasuk sebuah pohon di depan pintu jendela kamarnya.
Ketika beliau wafat, pohon itu juga mati. Mungkin ini yang dimaksudkan beliau dengan energi spiritual yang lahir dari sujud, bisa menyedot, dan sekaligus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara spiritual dengan makhluk di sekitarnya.
Sujud yang benar dan mampu melahirkan energi positif berupa atsar sujud ialah sujud yang benar secara fisik dan secara batin.
Kalangan Syiah menggunakan batu atau tanah tertentu sebagai landasan sujud, sebagian kaum suni juga melubangi sajadah tempat sujud agar mampu menyentuh lantai.
Umar bin Abdul Azis, sang khalifah arif terkenal, tidak pernah mau menggunakan sajadah di dalam sholat. Bagi kita, yang penting, metode mana yang bisa mengantarkan kita sujud secara khusyuk dan syahdu, hingga seolah kita menembus lapis-lapis spiritual di dalam diri kita, itu lebih baik.
Tidak perlu kita memolemikkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan yang sering kita lakukan. Setiap kepala, sebanyak itu pula lorong rahasia menuju Tuhan.
Jika atsar sujud dimaknai sebagai pancaran sinar yang memancar pada diri ahl al-sujud dan kepada makhluk lain di sekitarnya, maka kebalikan konsep atsar sujud Allah SWT juga memperkenalkan konsep "muka hitam gelap" (iswad al-wujuh), sebagaimana disebutkan di dalam ayat:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
"Pada hari yang di waktu itu, ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (mereka ditegur), “Mengapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu, rasakanlah azab yang disebabkan oleh kekafiranmu itu.” (QS Ali 'Imran [3]:106).
Dalam ayat ini Allah SWT memperkenalkan dua wajah. Ada wajah putih berseri-seri (ibyadh al-wujuh) dan ada wajah hitam gelap (iswad al-wujuh).
Baca juga: 10 Peluang Pintu Langit Terbuka Lebar, Doa yang Dipanjatkan Insya Allah Dikabulkan
Kita semua tentu berharap agar kualitas sujud kita melahirkan atsar sujud yang ibyadh al-wujuh. Untuk itu, kita perlu meningkatkan kualitas sujud kita dari yang secara fisik sujud (as-sajid), menjadi secara spiritual, dan total sujud (as-sujud). Masih banyak di antara kita hanya sebagai sajid, tetapi belum sujud. Allahu a'lam.
*Naskah ini karya Imam Masjid Istiqlal Prof Dr Nasaruddin Umar, tayang di Harian Republika 2014