PBB: Seluruh Penduduk Gaza Hadapi Rawan Pangan

Hampir 60 persen rumah tangga di Gaza sudah menghadapi rawan pangan.

AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu (8/11/2023).
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengungkapkan, saat ini seluruh penduduk Palestina di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan. Hal itu disebabkan agresi tanpa jeda dan tanpa pandang bulu Israel ke wilayah yang telah diblokadenya selama 16 tahun terakhir tersebut.

Baca Juga


“Pada titik ini, FAO menganggap seluruh penduduk sipil di Gaza berada dalam kondisi rawan pangan,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu dalam sebuah pernyataan, Senin (13/11/2023), dikutip Anadolu Agency.

Dia mengingatkan kembali bahwa sebelum agresi terbaru Israel ke Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu, hampir 60 persen rumah tangga di wilayah tersebut sudah dianggap menghadapi rawan pangan atau rentan terhadap kerawanan pangan. “(FAO) berkomitmen penuh mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak bagi penduduk di Jalur Gaza,” ujar Dongyu.

Dongyu menambahkan, gencatan senjata segera adalah sebuah prasyarat untuk ketahanan pangan. “Hak atas pangan adalah hak asasi manusia yang mendasar,” katanya.

Sesaat setelah meluncurkan agresinya pada awal bulan lalu, Israel sempat memblokade masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Puluhan, bahkan ratusan truk pengangkut bantuan, tertahan di gerbang penyeberangan Rafah, Mesir.

Meski akhirnya diizinkan, Israel dengan ketat membatasi konvoi bantuan yang dapat memasuki Gaza. Jumlah truk yang diperkenankan melintas hanya puluhan dan tak boleh ada pengiriman bahan bakar. Dalam keadaan tidak konflik, terdapat sekitar 500 truk per harinya yang biasa mengangkut kebutuhan untuk penduduk Palestina di Gaza.

Dalam agresinya ke Gaza, Israel tidak hanya membidik fasilitas-fasilitas milik Hamas, tapi juga infrastruktur sipil. Bangunan tempat tinggal, rumah sakit, bahkan toko dan pabrik roti di Gaza tak luput dari serangan-serangan Israel. Hal itu membuat krisis kemanusiaan di Gaza, yang sudah parah sebelumnya pecahnya konflik, semakin memburuk.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menolak seruan penerapan gencatan senjata. Dia menegaskan, penghentian pertempuran hanya dapat dilakukan jika Hamas telah membebaskan semua warga Israel yang diculiknya ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Hamas dilaporkan menawan lebih dari 240 orang, terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Agresi Israel ke Gaza telah berlangsung hampir 40 hari. Sejauh ini serangan Israel sudah membunuh sedikitnya 11.180 warga Gaza. Lebih dari 4.600 di antaranya merupakan anak-anak. Agresi Israel juga menyebabkan sekitar 1,5 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler