Ketum Muhammadiyah Ingatkan Pemilu 2024 Harus Fair

Muhammadiyah terus membangun Indonesia.

Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpose disela wawancara khusus dengan Republika di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (9/11/2023).
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kemajuan sebuah bangsa tidak cukup dengan kemajuan fisik, kemajuan bangsa tidak cukup dengan kemajuan intelektual tapi juga kemajuan bangsa harus di pondasi oleh kemajuan moral, etik, dan akhlak.

Baca Juga


Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir mengatakan karena manusia itu memang berbeda dengan makhluk lain justru pada akhlaknya, pada moralnya, pada etiknya. 

"Kehidupan bangsa bahkan bisa hancur karena nir-etik, nir-moral, nir-akhlak. Sehingga karena nir-etik, nir-moral, dan nir-akhlak lalu menghalalkan segala cara,"ujar dia kepads Republika.co.id, Sabtu (18/11/2023).

Dan ketika politik dan kehidupan kebangsaan termasuk ekonomi menghalalkan segala cara, maka rusaklah kehidupan.

Indonesia masih ketinggalan sebenarnya di dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan menciptakan masyarakat ilmu. 

"Kita masih menjadi masyarakat yang komunalistiknya tinggi, sosialnya tinggi, tetapi untuk sampai pada taraf masyarakat ilmu itu masih jauh dari harapan artinya kita harus mempertinggi kualitas baca, kualitas semangat berilmu dari masyarakat kita,"ujar dia.

Politik bahkan kontestasi pemilu juga membutuhkan masyarakat yang cerdas dan, kritis memilih. Seluruh ahli ilmu politik diharapkan sumbangsihnya untuk mencerdaskan kehidupan politik bangsa untuk memperadabkan politik bangsa.

Karena Indonesia yang berdasar Pancasila dimana agama hidup, kebudayaan luhur hidup itu juga memerlukan bangunan keadaban dan keadaban yang luhur. 

Muhammadiyah terus akan membangun kehidupan kebangsaan yang berbasis pada value, nilai agama, pancasila, kebudayaan bangsa, dan konstitusi.

Jangan sampai kita maju di bidang demokrasi, hak asasi manusia, pemahaman tentang pluralisme pasca reformasi tetapi kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sistem bernegara itu menjauh dari prinsip-prinsip dasar nilai dan konstitusi, apalagi sampai mencederai konstitusi.

"Nah, karena itu kita berharap bahwa termasuk pemilu 2024 bukan soal hanya mengejar menang dan kemenangan semata apalagi hukum kontestasi itu akan ada yang menang, akan ada yang kalah. Maka bagaimana meraih kemenangan itu secara fair, secara beretika, secara berkeadaban bahkan secara konstitusi,"jelas dia.

Jangan sampai karena ingin kemenangan lalu menghalalkan segala macam cara bisa menang, tetapi itu mencederai etik, mencederai akhlak, mencederai keadaban, bahkan mencederai konstitusi jika kita menghalalkan segala macam.

Nah, kemudian di era media sosial apalagi media sosial ini kan di samping positifnya tapi juga menjadi pusat hoaks, menjadi pusat kebencian, menjadi pusat konflik bahkan menebar segala macam kebohongan itu. Dengan berita-berita, flyer, postingan-postingan yang kelihatan benar tetapi sebenarnya destruktif maka diperlukan juga etika dan keadaban bermedsos apalagi ketika medsos digunakan sebagai alat untuk berpolitik.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler