Sebanyak 60 Jurnalis Gugur dalam Tugas Meliput Kekejian Perang Zionis Israel di Gaza

Zionis Israel abaikan seruan PBB untuk genjatan senjata di Gaza

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah jurnalis menyalakan lilin dan melakukan aksi doa bersama solidaritas untuk jurnalis Palestina di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (10/11/2023). Aksi tersebut untuk mendoakan jurnalis yang bertugas meliput di Jalur Gaza sekaligus mengutuk serangan yang menewaskan sejumlah jurnalis.
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Kantor media pemerintah di Gaza mengumumkan, pada Ahad (19/11/2023), bahwa 60 jurnalis menjadi korban pengeboman zionis Israel sejak 7 Oktober 2023. Menurut pejabat Palestina, para jurnalis itu sengaja menjadi sasaran pasukan pendudukan Israel.

Baca Juga


"Pemerintah Gaza menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga jurnalis dan semua kerabat mereka," kata mereka. 

“Seri kejahatan sistematis terhadap jurnalis selama perang di Jalur Gaza, menegaskan bahwa jurnalis adalah target utama Israel, karena 60 rekan jurnalis kami menjadi martir, yang terbaru adalah Sari Mansour dan Hassouna Islim,” kata pejabat Palestina, dilansir dari Middle East Monitor, Senin (20/11/2023).

Tujuannya, kata para pejabat, adalah untuk mencoba membungkam suara kebenaran yang mengungkap pendudukan dan pembantaian yang sedang berlangsung di Gaza.

Serangan Israel terhadap Palestina di Gaza telah berlangsung selama 44 hari, selama waktu itu telah menyebabkan 13 ribu orang mti syahid, termasuk 5.500 anak-anak dan 3.500 wanita. Lebih dari 32 ribu terluka, 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan wanita.

Para menteri Arab dan Muslim pada hari Senin menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, ketika delegasi mereka mengunjungi Beijing , untuk mendorong diakhirinya permusuhan dan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke kantong Palestina yang hancur. Delegasi, akan bertemu dengan pejabat yang mewakili masing-masing dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. 

Pertemuan mereka juga menumpuk tekanan pada Barat, untuk menolak pembenaran Israel atas tindakannya terhadap Palestina sebagai pertahanan diri.

Para pejabat yang mengadakan pertemuan dengan diplomat top China Wang Yi, berasal dari Arab Saudi, Yordania, Mesir, Indonesia, Palestina dan Organisasi Kerjasama Islam.

"Kami di sini untuk mengirim sinyal yang jelas bahwa kami harus segera menghentikan pertempuran dan pembunuhan, kami harus segera mengirimkan pasokan kemanusiaan ke Gaza," kata Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal Bin Farhan Al-Saud.

Baca juga: Sungai Eufrat Mengering Tanda Kiamat, Bagaimana dengan Gunung Emasnya?

KTT bersama Islam-Arab yang luar biasa di Riyadh bulan ini juga mendesak Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki "kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Israel" di wilayah Palestina. Arab Saudi telah berusaha untuk menekan AS dan Israel untuk mengakhiri permusuhan di Gaza, dan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, penguasa de facto kerajaan, mengumpulkan para pemimpin Arab dan Muslim untuk memperkuat pesan itu.

 

Sumber: middleeastmonitor

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler