Bukan Cuma Indonesia, Separuh Penduduk Dunia Berisiko Terjangkit Demam Berdarah Dengue
Sebanyak 70 persen kasus dengue di dunia terjadi di benua Asia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Separuh penduduk dunia ternyata berisiko terjangkit demam berdarah dengue. Mengapa begitu?
"Sekitar separuh penduduk dunia berisiko mendapat dengue, dengan perkiraan sampai 100--400 juta infeksi di dunia setiap tahunnya," kata Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Menurut informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang terbit pada Maret 2023, lanjut Tjandra, dengue adalah infeksi virus DENV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada empat tipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengemukakan dengue memiliki gejala klinis bervariasi, mulai dari yang ringan, berat, sampai kematian. WHO menyatakan bahwa insiden dengue meningkat secara dramatis dalam dekade terakhir di dunia, dari 505.430 kasus di tahun 2000 melonjak menjadi 5,2 juta pada tahun 2019, kata Tjandra.
"Data lain berdasar modelling memperkirakan terjadinya 390 juta infeksi dengue per tahunnya di dunia, hanya sekitar 96 juta di antaranya yang bermanisfestasi secara klinis dengan jelas," katanya.
Tjandra yang juga mantan dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan mengatakan cukup banyak kasus dengue yang tidak terdiagnosis dengan baik. Kasusnya hanya disebut sebagai penyakit demam (febrile illnesses).
"Satu penelitian lain lagi bahkan menyebutkan bahwa ada sekitar 3,9 miliar penduduk dunia yang berisiko terinfeksi virus dengue. WHO menyatakan bahwa dengue tercatat sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di dunia," katanya.
Selain itu, WHO juga menyebutkan bahwa 70 persen kasus dengue di dunia terjadi di benua Asia. Indonesia termasuk salah satu dari 30 negara di dunia yang endemik tinggi dengue.
Berdasarkan laporan terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang terbit pada 10 September 2023, angka kasus dengue di Indonesia meningkat sekitar 25 ribu per 100 ribu penduduk di tahun 2012 menjadi 52 ribu per 100 ribu penduduk di tahun 2022.
Bahkan, kenaikan angka juga terjadi pada kasus kematian. Tercatat, di tahun 2018 case fatality rate dengue di Indonesia sebesar 0,71 persen, yang meningkat jadi 0,86 persen di tahun 2022. Menurut WHO pencegahan dan pengendalian dengue bergantung pada strategi pengendalian vektor nyamuk.
Laman Dengue WHO terbaru pada Maret 2023 menyebutkan upaya menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegepti penyebab dengue antara lain dengan berpakaian yang tertutup dan penggunaan kelambu saat tidur siang. Penggunaan mosquito repellents yang mengandung DEET, Picaridin, atau IR3535 juga dianjurkan.
"Kalau sudah jatuh sakit, maka tidak ada obat yang spesifik untuk membunuh virus dengue," kata Tjandra.
Tjandra menjelaskan deteksi awal dan akses pada pelayanan kesehatan yang baik merupakan kunci utama untuk menurunkan angka kematian. Apalagi, Indonesia telah menetapkan target bersama mencapai nol kematian akibat dengue di tahun 2030.
"Jadi, pengendalian dengue memang harus bersifat menyeluruh," katanya.
Pemerintah RI juga telah menyediakan vaksin dengue yang sudah mendapat izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni Dengvaxia dan Qdenga. Vaksin tersebut sudah disetujui WHO dan mendapat lisensi di berbagai negara.