WHO: Israel-Palestina Butuh Gencatan Senjata Berkelanjutan
Palestina mengalami darurat kesehatan.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala kantor regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Mediterania Timur Ahmed Al-Mandhari menyambut baik kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, tetapi menegaskan bahwa penduduk kedua negara itu membutuhkan gencatan senjata berkelanjutan.
“Meskipun kami sangat berharap pada pengumuman gencatan senjata sementara terkait dengan pembebasan sandera dan tahanan, yang dibutuhkan oleh masyarakat wilayah pendudukan Palestina dan Israel adalah gencatan senjata yang berkelanjutan,” kata Al-Mandhari, ketika menyampaikan keterangan pers secara daring pada Rabu (22/11).
Dia menyoroti darurat kesehatan di wilayah pendudukan Palestina karena serangan Israel yang terus berlangsung, dengan warga sipil dibunuh di rumah-rumah mereka, kamp dan tempat penampungan, serta di sekolah.
Warga sipil yang sedang dirawat di rumah sakit pun tak luput dari serangan tersebut.
“Apa yang kita butuhkan adalah para pemimpin dan kekuatan tempur kedua belah pihak untuk mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya,” ujar Al-Mandhari.
Mengingat masyarakat tidak mendapatkan makanan, air bersih, layanan kesehatan, tempat tinggal, dan perlindungan di Gaza, Al-Mandhari mengatakan hampir tiga perempat dari seluruh penduduk Jalur Gaza telah menjadi pengungsi yang seringkali berpindah-pindah untuk menghindari pertempuran.
“Kami menyerukan, sekali lagi, untuk segera mengakhiri konflik; untuk perlindungan pekerja kesehatan, pasien, dan fasilitas kesehatan; untuk pembebasan sandera tanpa syarat; dan untuk akses tanpa hambatan dan berkelanjutan terhadap bantuan kesehatan yang menyelamatkan jiwa ke Jalur Gaza," kata Al-Mandhari.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober.
Serangan Israel menewaskan lebih dari 14.100 warga Palestina, termasuk sedikitnya 5.800 anak-anak dan 3.900 perempuan.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Di lain pihak, korban tewas di Israel mencapai 1.200 jiwa.