Siswa SMP Meninggal Usai Permainan Kuda Tomprok, Ini Bahayanya dari Sisi Medis
Cedera yang ditimbulkan dari permainan kuda tomprok ini bisa ringan hingga berat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permainan kuda tomprok sempat menjadi perbincangan akhir-akhir lantaran ada siswa SMPN 7 Kota Bekasi yang meninggal dunia ketika bermain permainan tersebut. Siswa yang berinisial MA ini berusia 13 tahun.
Dr Noha R Soekarno dari Eka Hospital Bekasi mengatakan permainan kuda tomprok adalah permainan tradisional yang sudah dilakukan sejak dulu. Seperti kegiatan permainan fisik yang lain, permainan ini juga memiliki risiko cedera.
“Setelah saya tilik lebih lanjut, mekanisme permainan ini bisa berisiko. Permainan ini sangat memerlukan keseimbangan, kekuatan, koordinasi, dan menyikapi jatuh. Hilang satu komponen ini risiko cedera bisa sangat meningkat,” ujar dr. Noha saat dihubungi oleh Republika.co.id, beberapa waktu lalu.
Dia kemudian menyebutkan permainan kuda tomprok ini melibatkan banyak orang dan untuk mengetahui bahayanya, kita perlu melihat mekanisme permainannya.
Jadi, menurut dr Noha, beberapa orang akan berkumpul membentuk barisan dan membungkuk, orang di belakang akan meletakkan kepalanya di bawah selangkangan dan dilanjutkan orang lain di belakang. Lalu ada pemain yang lain akan melompat dan mendarat di punggung hingga ke orang yang paling depan.
“Bahayanya apabila ada yang tidak berkoordinasi, tidak seimbang dan jatuh,” kata dia.
Cedera yang ditimbulkan dari permainan kuda tomprok ini bisa ringan hingga berat. Cedera ringan bisa berupa sprain/strain atau dikenal sebagai keseleo. Sedangkan cedera yang lebih besar seperti pergeseran sendi, patah, atau cedera kepala.
Permainan tersebut mengakibatkan....
Selanjutnya, dr Noha menjelaskan permainan tersebut dapat mengakibatkan cedera dan berbahaya karena berbagai sebab. Misalnya, jatuh tertimpa oleh pemain di atasnya, bagian badan menahan beban tubuh lainnya, dan bagian tubuh membentur lantai dengan keras.
“Misal kepala jatuh di bawah tertimpa badan sendiri atau tangan menumpu berat badan atau kepala membentur lantai dengan keras. Dan bila yang tertimpa adalah bagian leher atau kepala maka dapat terjadi tertarik ataupun patah atau bergeser,” ujar dr. Noha.
Saat ditanya jika cedera, apakah ada perawatan yang bisa menyembuhkan? Dr Noha mengungkapkan cedera perlu ditangani sejak dini.
Untuk cedera ringan di ekstremitas seperti keseleo, sprain/strain bisa dilakukan penanganan dengan PRICE (Proteksi rest, ice, compression, dan elevation). Yaitu melindungi bagian yang cedera, istirahatkan, kompres dingin, dan elevasi agar bengkak berkurang. Apabila sangat nyeri dan sulit digerakkan, dr.Noha menuturkan, harus segera dibawa ke dokter.
Sementara itu, bila cedera berat seperti patah dan cedera leher harus sangat berhati-hati untuk memindahkan pasien. Perlu juga diawasi jalur napas, kata dr. Noha, apakah masih dapat bernapas hingga nadinya.
“Bila asal mengangkat pasien, tulang yang sudah cedera malah bisa bergeser dan membahayakan pasien. Untuk ini masyarakat perlu menguasai bantuan hidup dasar,” kata dia.