Gaza Mulai Tenang, Tepi Barat Membara
Pasukan Israel menembak warga Palestina dan menyerbu Jenin dari beberapa arah.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebanyak enam warga Palestina, termasuk satu anak di bawah umur, ditembak mati oleh pasukan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Sabtu (25/11/2023) malam dan Ahad (26/11/2023) pagi. Lima kematian terjadi di Kota Jenin dan kematian keenam terjadi di Yatma, sebuah desa dekat Kota Nablus.
Sementara, enam orang lainnya terluka dalam penembakan di Jenin. Kantor berita resmi Palestina Wafa mengatakan pasukan Israel menyerbu Jenin dari beberapa arah.
"Israel menembakkan peluru dan mengelilingi rumah sakit pemerintah dan markas besar Masyarakat Bulan Sabit Merah," ujar laporan Wafa.
Seorang pejabat senior PBB di Palestina pada Sabtu mengatakan tentara Israel mengendalikan setiap bagian Tepi Barat. Kekerasan pemukim Yahudi terhadap penduduk setempat telah meningkat selama sebulan terakhir sehingga berdampak pada populasi penduduk.
“Kenyataannya adalah tidak ada bagian di Tepi Barat yang tidak disentuh dan dikendalikan oleh Israel,” kata Direktur Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Tepi Barat Adam Bouloukos, dilaporkan Anadolu Agency.
Secara terpisah, dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran internasional Turki, TRT World, Bouloukos mengatakan kekerasan pemukim dan serangan militer Israel telah meningkat pesat selama sebulan terakhir. Selain itu, hampir terjadi lockdown total di Tepi Barat.
Pendudukan berarti setiap kehidupan...
"Pendudukan berarti setiap kehidupan, setiap transaksi harian setiap individu di Tepi Barat terkena dampaknya," ujar Bouloukos.
Ketika jeda kemanusiaan di Jalur Gaza mulai berlaku pada Jumat (24/11/2023) pagi, tentara Israel terus melakukan penggerebekan dan penangkapan di berbagai kota besar dan kecil di wilayah pendudukan Tepi Barat. Sementara itu, Klub Tahanan Palestina mengatakan bahwa pasukan pendudukan Israel menangkap 17 warga Palestina di Tepi Barat dari Jumat malam hingga Sabtu pagi, sehingga jumlah total tahanan menjadi 3.160 sejak dimulainya agresi pada 7 Oktober.
Klub Tahanan Palestina mengatakan penangkapan ini disertai dengan pelecehan yang meluas, pemukulan parah, dan penyelidikan lapangan. Selain itu, ada juga kasus sabotase dan perusakan rumah warga oleh pasukan Israel.
Israel dan Hamas sepakat melakukan pertukaran tahanan di tengah gencatan senjata selama empat hari. Hamas menukar 24 warga Israel dan warga asing dengan 39 warga Palestina dari penjara-penjara Israel pada Jumat. Ini menjadi hari pertama dari jeda kemanusiaan.
Berdasarkan perjanjian tersebut, para sandera akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari.Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam telah menyerahkan 13 sandera Israel dan empat warga negara asing ke Palang Merah Internasional pada Sabtu (25/11/2023) malam. Ini adalah pembebasan sandera gelombang kedua berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.
Hamas sebelumnya mengonfirmasi pembebasan sandera Israel gelombang kedua yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober akan dilanjutkan setelah tertunda. Hamas sempat menunda pertukaran tahanan gelombang kedua karena Israel dinilai tidak mematuhi kesepakatan.
Namun, Hamas telah merespons...
Namun, Hamas telah merespons secara positif mediator Mesir dan Qatar untuk memastikan kelanjutan perjanjian gencatan senjata. Hal ini dicapai setelah mereka menyampaikan janji Israel untuk menjunjung semua persyaratan perjanjian.
“Setelah penundaan, hambatan untuk pembebasan tahanan diatasi melalui kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan malam ini, sementara 13 sandera Israel akan meninggalkan Gaza selain 7 orang asing,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Hamas pada Sabtu mengumumkan penghargaannya atas upaya yang dipimpin Qatar dan Mesir dalam memastikan kelanjutan perjanjian gencatan senjata. Hamas dan Israel sepakat untuk melangsungkan gencatan senjata selama empat hari mulai Jumat (24/11/2023).
Hamas mengatakan, Mesir dan Qatar telah mengkonfirmasi komitmen Israel terhadap semua syarat dan ketentuan perjanjian. Brigade Al-Qassam sebelumnya mengatakan, mereka menunda penyerahan kelompok sandera gelombang kedua sampai Israel mematuhi ketentuan perjanjian
"Masuknya bantuan kemanusiaan ke bagian utara Jalur Gaza dan kriteria seleksi untuk pembebasan tahanan adalah masalah yang dipertanyakan", kata Brigade Ezzedine al-Qassam dalam sebuah pernyataan.
Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Lebanon, mengatakan kepada saluran televisi Al Mayadeen yang berbasis di Lebanon penangguhan tersebut disebabkan oleh pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh Israel terkait dengan bantuan yang memasuki Gaza), selain penembakan dan meningkatnya jumlah korban tewas. "Beberapa (pelanggaran ini) terjadi kemarin, dan terulang hari ini,” kata Hamdan.
Pihak berwenang Israel sebelumnya mengatakan 14 sandera yang ditahan di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober akan dibebaskan pada Sabtu, bersamaan dengan pembebasan 42 tahanan Palestina. Otoritas penjara Israel mengatakan 42 tahanan itu akan dibebaskan berdasarkan ketentuan perjanjian, yang mengamanatkan pertukaran dengan rasio tiga banding satu.