Pertukaran Tahanan Gelombang Ketiga, 39 Warga Palestina Dibebaskan
Warga Palestina menunggu bus Palang Merah yang membawa para tahanan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel membebaskan 39 tahanan Palestina dalam pertukaran tahanan gelombang ketiga dengan Hamas. Pertukaran tahanan ini merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari yang dimulai pada Jumat (24/11/2023).
Kerumunan besar warga Palestina turun ke jalan-jalan di Ramallah, di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Ahad (26/11/2023) malam. Mereka menunggu bus Palang Merah yang membawa para tahanan.
Beberapa orang mengibarkan bendera Palestina di samping bendera dua partai politik utama Palestina, Hamas dan Fatah. Beberapa pemuda naik ke atas sebuah bus berwarna putih yang mengangkut sebagian besar narapidana laki-laki dan beberapa narapidana perempuan.
“Awalnya kami tidak mempercayainya,” kata Shakir Mahajna saat dia bersama keluarganya menunggu putranya Omar, yang telah dibebaskan.
“Terakhir kali saya mengunjunginya, dia frustrasi, dia mengatakan kepada saya ‘Ayah, saya ingin pergi’,” kata Mahajna kepada Aljazirah.
Omar ditangkap ketika berusia 16 tahun dan hukumannya masih tersisa empat bulan. Usia Omar kini sudah menginjak 18 tahun.
Keluarga lain yang menunggu kedatangan kerabat mereka dibebaskan dari penjara adalah Nour Ara'ar. Saudara laki-laki Nour, Zeid yang berusia 17 tahun dirangkap pada Juli tahun lalu. Dia mengatakan, saudaranya ditahan tanpa persidangan.
“Semuanya ditangguhkan karena perang. Persidangan tidak dilakukan. Kami senang, tapi perasaan kami campur aduk. Kegembiraan kami tidak lengkap karena apa yang terjadi di Gaza,” ujar Nour.
Sementara itu, di dekat Beitunia, tempat beberapa warga Palestina juga berkumpul, tiga warga Palestina berusia 15 tahun, 18 tahun dan 33 tahun terluka setelah pasukan Israel menembakkan peluru tajam. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, dua anak lainnya yang berusia 11 tahun dan 13 tahun dirawat di rumah sakit karena menghirup gas air mata.
Hamas bebaskan warga negara Israel, Thailand, dan Rusia....
Sementara itu, pada Ahad Hamas menyerahkan 13 tawanan Israel, termasuk sembilan anak-anak dan empat warga negara asing yaitu tiga warga Thailand dan satu warga Israel Rusia kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Hamas mengatakan, warga Israel-Rusia yang itu dibebaskan sebagai tanggapan atas upaya Presiden Rusia Vladimir Putin dan sebagai pengakuan atas posisi Rusia dalam mendukung Palestina.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan, seorang gadis Israel-Amerika berusia empat tahun, Abigail Edan, yang orang tuanya terbunuh dalam serangan Hamas 7 Oktober, juga termasuk di antara mereka yang dibebaskan. “Dia bebas dan berada di Israel,” kata Biden.
Biden menambahkan, seorang warga negara Amerika lainnya yaitu seorang wanita berusia 45 tahun juga telah dibebaskan. Biden juga mendesak semua pihak untuk memperpanjang perjanjian gencatan senjata agar memungkinkan lebih banyak pembebasan.
Pertukaran tawanan tertunda beberapa jam pada Sabtu setelah Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata. Kebuntuan ini memicu kekhawatiran bahwa kesepakatan itu berisiko gagal.
Kebuntuan diselesaikan setelah mediasi oleh Qatar dan Mesir. Sekitar 150 tahanan Palestina dan 50 warga sipil yang ditahan di Gaza akan dibebaskan dalam waktu empat hari berdasarkan kesepakatan Israel-Hamas.
Serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung sejauh ini telah membunuh lebih dari 15.000 warga Palestina dan menghancurkan bangunan. Mulai dari rumah, sekolah, rumah sakit, toko roti, gereja, masjid, dan fasilitas publik lainnya.