Setelah Konflik di Bitung, FKUB Sulut: Besok Diadakan Doa Perdamaian

FKUB Sulawesi Utara larang massa bela Israel.

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Doa bersama untuk perdamaian dan persatuan.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Utara (Sulut) menyampaikan bahwa akan diadakan doa perdamaian setelah peristiwa bentrokan di kota Bitung, Sulawesi Utara pada Sabtu (25/11/2023). Sebagaimana diketahui, bentrokan terjadi antara massa bela Palestina dan massa pembawa bendera Israel di Kota Bitung, Sulawesi Utara pada Sabtu (25/11/2023). 

Baca Juga


Ketua FKUB Sulawesi Utara, Pendeta Lucky Rumopa mengatakan, tokoh-tokoh agama dari Katolik, Protestan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah dan lain-lain sudah duduk bersama polisi. Maka disepakati akan digelar 'Doa Perdamaian' pada jam 16.00 di Manado. Dalam acara Doa Perdamaian akan melibatkan seluruh elemen masyarakat, diperkirakan dihadiri seribu orang. 

"Tokoh agama, masyarakat, menyatu dalam doa perdamaian yang didalamnya ada tiga unsur doa, yaitu (pertama) doa untuk Palestina dan Israel, kedua doa untuk korban pertikaian di Bitung, dan ketiga doa untuk pemilu rukun," kata Pendeta Lucky kepada Republika, Senin (27/11/2023).

Dalam Doa Perdamaian akan dihadiri masyarakat dari enam agama dan ormas-ormas keagamaan. Sehubungan dengan itu, FKUB Sulawesi Utara sudah koordinasi dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama, gubernur, dan kapolda untuk kegiatan Doa Perdamaian agar masyarakat aman, nyaman dan tenang.

Pendeta Lucky menyampaikan, pada prinsipnya keadaan kota Bitung sudah kondusif, berkat TNI dan Polri yang sudah langsung aktif bekerja cepat bersama dengan tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama. Semua sudah duduk bersama.

"Tentu sebagai ketua FKUB juga berharap agar insiden yang terjadi di Bitung menjadi alat introspeksi, supaya semua bisa menahan diri dan bisa menjaga rasa kebersamaan," ujar Pendeta Lucky.

Ada persepsi yang keliru di masyarakat, tentu hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab pemuka agama untuk selalu memberikan edukasi kepada masyarakat. Maka Insiden di kota Bitung harus dijadikan sebagai alat introspeksi dan kontrol guna meningkatkan kerukunan. Sebab pertikaian kemarin itu muni gesekan sosial, bukan konflik agama.

"Tentu (sebagai) ketua FKUB mari semua elemen masyarakat yang ada di Sulawesi Utara maupun di luar, biar peristiwa di Bitung diserahkan langsung penangannya ke TNI dan Polri. Masyarakat kembali kondusif, kembali dalam hubungan torang samua basudara (kita semua bersaudara)," kata Pendeta Lucky.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler