G7 Dorong Israel dan Hamas Perpanjang Lagi Masa Gencatan Senjata

Hamas dan Israel sepakat memperpanjangan gencatan senjata selama dua hari di Gaza.

AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina melarikan diri ke selatan pada hari ketiga gencatan senjata antara Israel dan Hamas di jalan Salah al-Din di Jalur Gaza tengah pada Ahad (26/11/2023).
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Para menteri luar negeri (menlu) negara anggota G7 memuji pembebasan para sandera oleh kelompok Hamas sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. G7 berharap masa gencatan senjata dapat kembali diperpanjang guna memfasilitasi lebih banyak pembebasan sandera dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

“Setiap upaya harus dilakukan untuk memastikan dukungan kemanusiaan bagi warga sipil (Gaza), termasuk makanan, air, bahan bakar, dan pasokan medis. Kami mendukung perpanjangan lebih lanjut dari jeda ini dan jeda di masa depan jika diperlukan, guna memungkinkan bantuan ditingkatkan, serta untuk memfasilitasi pembebasan semua sandera,” kata para menlu G7 dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (28/11/2023).

G7 mendorong semua pihak memperhatikan dan memanfaatkan ketentuan-ketentuan dalam kesepakatan gencatan senjata. Mereka pun meminta para pihak memastikan bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan, termasuk di dalamnya makanan, air, bahan bakar, dan pasokan medis, menjangkau setiap warga sipil di Gaza. 

G7 turut memuji kepemimpinan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara regional, terutama Qatar serta Mesir, atas upaya mereka mendorong tercapainya gencatan senjata kemanusiaan antara Hamas dan Israel. Pada Selasa kemarin, Hamas kembali membebaskan 12 sandera yang terdiri atas 10 warga Israel dan dua warga Thailand.

Sebagai timbal balik atas pembebasan ke-12 sandera tersebut, Israel membebaskan 30 warga Palestina dari penjara pada Selasa malam. Layanan Penjara Israel mengungkapkan, ke-30 warga Palestina yang dibebaskan berasal dari Penjara Ofer di dekat Ramallah dan dari pusat penahanan di Yerusalem.

Gencatan senjata empat hari antara Hamas dan Israel seharusnya berakhir pada Senin malam. Namun, kedua belah pihak sepakat memperpanjang gencatan senjata selama dua hari guna memungkinkan pembebasan lebih banyak sandera dan tahanan Palestina.

Baca Juga


Sejak memulai gencatan senjata pada 24 November 2023 lalu, Hamas sudah membebaskan lebih dari 80 sandera, di dalamnya termasuk setidaknya 60 warga Israel.

Para sandera tersebut diculik ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023. Menurut Israel, terdapat lebih dari 240 orang yang diculik dan dibawa ke Gaza. Sementara itu, sejak menyepakati gencatan senjata dengan Hamas, Israel sudah membebaskan setidaknya 180 tahanan Palestina. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah menyampaikan bahwa setelah gencatan senjata kemanusiaan dengan Hamas berakhir, pasukan negaranya akan melanjutkan pertempuran melawan Hamas di Jalur Gaza. Dia menyebut, Israel akan mengerahkan kekuatan lebih besar dalam pertempuran berikutnya. 

"Kalian sekarang punya waktu beberapa hari. Kita akan kembali berperang. Kita akan menggunakan jumlah kekuatan yang sama dan lebih banyak lagi. Kita akan berperang di seluruh Jalur Gaza," kata Gallant saat bertemu pasukan Israel, Senin (27/11/2023), dilaporkan Times of Israel.

Sejauh ini, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menembus 15 ribu jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sedangkan, korban luka mencapai 33 ribu orang. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler